Andita mengatakan, self diagnose justru bisa membuat kita semakin cemas atau khawatir.
Dan jika salah diagnosis, kita tidak akan menerima pengobatan yang tepat.
Alhasil, risiko mengalami kondisi kesehatan mental yang lebih parah pun bertambah besar.
Meski begitu Andita, mencari informasi tentang gangguan mental tertentu tidak selamanya buruk.
Pasalnya, informasi tentang kesehatan mental bisa menambah wawasan.
Andita mengatakan, informasi tersebut bisa membuat kita sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam diri.
Nah, setelah mengetahui ada yang salah di dalam diri kita, Andita menyarankan untuk berkonsultasi ke profesional.
Baca Juga: Pintar Atur Emosi, Ini Bedanya Toxic Positivity dan Berpikiran Positif
View this post on Instagram
"Informasi yang kita cari menjadi screening awal yang memutuskan bahwa oke saya perlu pertolongan lebih lanjut. Tapi jangan sampai membuat kita melakukan self diagnose," jelas Andita.
Lalu, kapan waktu yang tepat untuk pergi ke psikolog?
Andita mengatakan, kita bisa ke psikolog jika gejala yang dirasakan terjadi berlarut-larut, gejala tidak berkurang, dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
"Ketika sudah melakukan upaya seperti me time, curhat, melakukan hal yang disenang, berkurang nggak gejalanya? Ketika hal tersebut nggak ada efeknya, dan sudah lama nggak ada perubahannya, dan akhirnya mengganggu kegiatan kita sehari-hari, di situlah kita perlu konsultasi lebih lanjut ke profesional," jelas Andita.
Baca Juga: Pergoki Suami Selingkuh, Ini Tips Pintar Atur Emosi untuk Redakan Kecemasan
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Nova |
Penulis | : | Presi |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR