NOVA.id - Memasuki musim pancaroba, berbagai masalah kesehatan di negara tropis kembali hadir. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah demam berdarah dengue (DBD).
Belum lagi, masih ada pula penyakit pandemi, sang COVID-19, yang belum kunjung pergi. Karenanya, memastikan imunitas si kecil terjaga menjadi kunci penting untuk menjauhkannya dari berbagai penyakit.
"DBD merupakan salah satu penyakit yang kerap muncul pada peralihan musim hujan ke musim kemarau. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes Aegepti ini ditandai dengan gejala khas seperti demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, misalnya tanpa disertai batuk, pilek, ataupun sesak napas," jelas Dr. dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi & Tropis Anak RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Namun, beberapa penderita mengeluhkan gejala nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri sendi, hingga munculnya bercak merah pada kulit atau perdarahan. Meski demikian, biasanya bercak merah pada kulit belum terlihat pada hari-hari awal.
Baca Juga: Siapkan Asuransi Kesehatan untuk Anak, Semakin Dini Semakin Murah?
Walaupun termasuk self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, tak jarang penyakit DBD menimbulkan korban jiwa jika tidak cepat ditangani.
Terlebih lagi jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka.
Karenanya, banyak penderita DBD yang kemudian dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat kondisinya.
Fase penyakit DBD
Debbie menuturkan terdapat tiga fase DBD, yakni hari 1-3 disebut fase febrile tanpa perdarahan. Dalam fase ini biasanya terjadi gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri belakang bola mata.
Baca Juga: 3 Makanan yang Harus Dihindari Penderita DBD agar Tak Semakin Parah
Setelah memasuki hari 4-5, demam cenderung turun. Nah, di sinilah penderita mulai memasuki fase kritis. Kebanyakan orang tua tidak mewaspadai fase ini ketika demam turun.
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR