Lha, kalau enggak?
Bisa-bisa kantong kering, pikiran tambah pusing, jadinya overthinking.
Adjie Santosoputro, praktisi mindfulness, sepakat.
Pasalnya, liburan dan makan enak itu hanya sekadar refreshing bukan healing.
“Jadi bedakan antara healing dan refreshing. Atau lebih makjleb lagi bisa dibedakan antara healing dengan running. Running dalam arti melarikan diri dari kenyataan. Karena healing itu sendiri, sebenarnya harus melalui proses yang enggak enak, kita perlu sadar akan hal itu,” jelas Adjie saat berbincang dengan NOVA.
Kenapa demikian?
Sebab, healing memiliki arti pemulihan atau penyembuhan diri yang pada akhirnya berujung pada selfhealing.
Meski healing dilakukan dengan banyak pendekatan dan membutuhkan bantuan mendalam dari orang lain atau profesional, ujungnya, tetap diri sendiri yang bisa menyembuhkan.
Baca Juga: Hindari Healing Impulsif, Coba Atasi Stres dengan Aromatherapy
Menemui Luka
Dalam proses healing, kita seakan “dipaksa” kembali menyelami luka batin masa lalu yang—tanpa atau dengan sadar— meninggalkan rasa traumatis hingga sekarang.
Adjie menjelaskan proses ini bisa diibaratkan seperti mengobati luka fisik di lutut, akibat terjatuh.
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR