NOVA.id - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dilaporkan terdeteksi di Jawa Timur, Aceh, Yogyakarta, Lombok Tengah, Lombok Timur, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat.
Sebenarnya, penyakit ini bukanlah penyakit baru dan sudah ada sejak puluhan tahu lalu.
Bahkan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) sebenarnya secara internasional telah mengakui Indonesia bebas penyakit kuku dan mulut (PMK) sejak 1990 silam.
Namun munculnya kembali penyakit mulut dan kuku pada hewan ini membuat sebagian masyarakat khawatir.
Apalagi dalam waktu dekat, umat Islam akan merayakan Idul Adha dan menyembelih hewan ternak.
Mereka takut PMK akan menular pada manusia dan menimbulkan masalah kesehatan baru setelah Covid-19 dan hepatitis misterius.
Sebagai informasi, penyebab penyakit mulut dan kuku berasal dari infeksi virus penyakit mulut dan kuku (VPMK) yang merupakan anggota dari genus Aphthovirus dalam keluarga Picornaviridae.
Namun benarkah demikian?
Drh. Ai Srimulyati, M.Si lewat laman resmi Badan Karantina Pertanian Kemeterian Pertanian menjawab pertanyaan tersebut.
Baca Juga: Bolehkah Makan Daging Ternak yang Terkena PMK? Ini Penjelasan Mentan
View this post on Instagram
Menurutnya, penyakit kuku dan mulut pada hewan kecil kemungkinan menular atau menginfeksi manusia.
Jika ada infeksi pada manusia, gejalanya hanya berupa luka lepuh ringan seperti lesi.
Dan kondisi tersebut nantinya bisa diatasi dengan penanganan medis yang tepat.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Agus Wariyanto juga menyatakan, kecil kemungkinan PMK pada hewan menular pada manusia.
"Virus ini tidak menular ke manusia, jangan khawatir ini tidak seperti Covid-19," ujarnya, dilansir dari Kompas.com.
Ia juga menjelaskan bahwa produk daging dari hewan-hewan yang terinfeksi PMK tersebut masih bisa dikonsumsi, asalkan diolah dengan benar.
Pastikan memilih bagian hewan ternak yang tidak mengalami luka.
Selain itu, selalu masak daging dengan matang sempurna agar bakteri yang ada bisa mati.
"Daging bisa dikonsumsi. Tapi, hati-hati pada bagian moncongnya yang mengalami luka lepuh, berliur, serta saluran cerna. Jangan dimakan," tandasnya.
Baca Juga: WFA Marak Digencarkan, Cara Perusahaan Ini Bisa Jadi Inspirasi
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ratih |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR