Saat itu HM Zain menerima tawaran kontrak dengan Ira Puspita Record. Dari Volume 1 hingga Volume 4, mereka lebih banyak menyanyikan lagu gambus berbahasa arab yang kental dengan nuansa Timur Tengah.
Dengan berjalannya waktu, K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah menyarankan kepada Zain untuk mengganti syair bahasa arab.
Ia pun membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Popularitas Nasida Ria melejit berkat lagu berjudul Perdamaian di album kelima yang dirilis tahun 1980-an.
Album ini sukses di pasaran dan menjadi tonggak kepopuleran Nasida Ria. Kesuksesan berlanjut di album-album selanjutnya yang juga banyak melahirkan lagu hit.
Baca Juga: Viral Lagu Karna Su Sayang, Ternyata Begini Suara Penyanyi Aslinya saat Live!
Sebut saja Palestina, Bom Nuklir, Jilbab Putih, Ratu Dunia, Indonesiaku, hingga Kota Santri.
Meskipun bernuansa Islam, Nasida Ria tidak hanya membawakan lagu-lagu shalawat dan nasihat-nasihat Islami saja, namun juga kritik sosial.
Dengan nada-nada yang mudah diingat dan pesan yang dapat dimengerti semua kalangan, Nasida Ria mulai menjadi primadona banyak orang.
Nuansa yang semarak dan ceria pun melekat pada diri Nasida Ria.
Hal tersebut didukung dengan ciri khas mereka, kostum meriah dan penuh warna yang tetap berpedoman pada syariat islam ini menjadi identitas mereka.
Tahun 1988, Nasida Ria tampil di beberapa negara. Di antaranya Malaysia untuk memperingati 1 Muharram.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Alsabrina |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR