Daniel Putut Kuncoro memaparkan kendala-kendala yang dialami Lion Air sehingga meminta pemerintah untuk menaikkan tarif batas atas tiket pesawat dan menambah unsur penentu tarif pesawat, yaitu:
1. Biaya sparepart pesawat yang dibayar menggunakan dollar AS mahal
Daniel mengatakan, biaya komponen sparepart pesawat saat ini masih sangat tinggi karena dibayar menggunakan dollar AS. Padahal selama pandemi Covid-19, biaya perawatan pesawat ini sudah meningkat akibat penyedia material dan bahan untuk perawatan pesawat banyak yang tutup.
Hal ini membuat maskapai kesulitan untuk bangkit kembali setelah sempat terhenti operasionalnya saat pemerintah menetapkan pembatasan perjalanan.
Oleh karenanya, dia meminta regulator atau Kementerian Perhubungan untuk merevisi biaya tambahan yang dimasukkan ke dalam unsur penentu tarif tiket pesawat yang diatur di dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 20 Tahun 2019.
"Setelah masa pandemi, kami memang sudah mulai bangkit walaupun kebangkitan kami juga memerlukan dukungan dari seluruh stakeholder mengingat cost dollar AS yang masih sangat tinggi."
"Di mana kompenen di dalam PM 20 tahun 2019 mengenai biaya baik itu biaya langsung atau tidak langsung, komponen yang harus kita bayar, material, sparepart, termasuk transportasi dan logistik itu masih sangat mahal sekali," jelasnya.
Baca Juga: Manifest, Kisah Misteri Tentang Penerbangan Pesawat yang Trending di Netflix
2. Harga avtur tinggi
Berdasarkan paparan Ditjen Perhubungan Udara dalam rapat tersebut, diketahui harga avtur domestik naik 39 persen untuk rata-rata di Juni menjadi Rp 17.753 per liter dari rata-rata di Januari Rp 12.717 per liter.
Sementara, jika dibandingkan rata-rata harga di tahun 2019 yang sebesar Rp 10.845 per liter, harga avtur saat ini mengalami kenaikan 64 persen.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Alsabrina |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR