Tentu kita harus mendiskusikan masalah trauma ini bersama pasangan, sekaligus meyakinkan diri sendiri apakah mampu menghadapi risiko tersebut.
2. Tanyakan Kesiapan Diri Sendiri
Pertimbangkan tentang kesiapan kita untuk menjadi orangtua sambung. Khususnya jika memang kita belum pernah memiliki anak sebelumnya.
“Pasti akan kaget, harus langsung bahkan mungkin dengan jumlah anak yang lebih dari satu. Mungkin anaknya sudah dewasa, sudah memiliki pendapatnya sendiri-sendiri. Itu yang
harus dipertimbangakan,” ujar Alexandra.
Baca Juga: Pergoki Suami Nonton Video Porno, Apa yang Sebaiknya Dilakukan?
3. Habiskan Waktu Bersama Anak Sambung
Jika sudah yakin, sebelum menikah sebaiknya kita sudah mulai sering menghabiskan waktu
bersama anak dari calon pasangan kita.
Sehingga kita dapat membangun kedekatan secara emosi dengan mereka. Tak lupa juga untuk
mengapresiasi anak sambung kita sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Misalnya, mengapresiasi nilai anak yang pintar matematika. Atau misalnya anak sambung kuliah di bidang teknologi komputer, enggak apa-apa sesekali kita minta tolong dia untuk membantu kita di masalah komputer atau pemrograman.
Tujuannya supaya mereka tahu kita menghargai dan membutuhkan mereka juga. Mereka akan
tahu jika mereka pun memiliki peran di dalam keluarga baru ini.
Baca Juga: Melaporkan Pasangan KDRT Bukan Aib, Kapan Korban Harus Bicara?
View this post on Instagram
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR