NOVA.id – Membangun dan mengembangkan startup digital masih menjadi banyak impian banyak orang, terutama Generasi Milenial dan Gen-Z.
Akan tetapi musim dingin atau masa perlambatan startup yang menghantui dalam beberapa bulan terakhir memunculkan banyak keprihatinan.
Terutama dikhawatirkan dapat berdampak pada kondisi keuangan para pelaku startup hingga berdampak pada kepercayaan konsumen.
Kondisi yang menantang ini dihadapi oleh banyak perusahaan rintisan, tidak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
Startup yang terkena hantam paling berat adalah startup digital. Walaupun dari segi pengembangannya tetap ada startup yang bertumbuh, nyatanya gelombang PHK dari banyak perusahaan startup dirasa cukup meresahkan.
Lantas bagaimana ekosistem wirausaha terbesar di Indonesiaa, dan bagaimana strategi ke depan agar pelaku startup tidak gentar menghadapi tantangan yang ada?
Baca Juga: Dukung UMKM agar Lebih Dikenal Masyarakat, Kemenkeu Buka Pop Up Store di Sarinah
Melambat Bukan Berarti Sekarat
Menurut Edric Chandra selaku Program Initiator Diplomat Success Challenge (DSC) 2022, situasi perlambatan ini dapat dialami siapa saja.
“Tidak hanya perusahaan startup, perusahaan yang sudah mapan pun bisa mengalami perlambatan yang signifikan. Hal ini wajar saja karena setiap bisnis pasti ada ups and downs-nya,” tutur Edric.
Menurut portal analisis data pasar dan konsumen Statista dalam laporannya tahun 2021, tantangan terbesar bagi startup terletak pada kemampuan mereka mengelola keuangan.
Untuk itu, penting sekali bagi perusahaan baru lebih menaruh perhatian pada keberadaan cash flow dan laporan keuangan.
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR