NOVA.id - Syok, kaget, dan mungkin juga tidak percaya, itulah resposns kebanyakan orangtua, saat mengetahui anaknya menjadi pelaku perundungan.
Tidak mudah memang menerima kenyataan jika ternyata anak yang kita banggakan di rumah, di luar sana mereka bisa berlaku jahat atau kejam terhadap anak-anak lain.
Kaget atau marah, boleh saja. Namun yang perlu diketahui oleh Anda sebagai orangtua, dalam perundungan ini tak hanya korban saja yang jadi perhatian, tapi juga pelaku.
Pasalnya, baik korban dan pelaku keduanya sama-sama bisa terhambat tumbuh kembangnya.
Seperti telah dibahas pada halaman sebelumnya, bahwa baik pelaku maupun korban, sama-sama terkena dampak secara psikologis.
Layaknya sebuah penyakit, perilaku perundungan ini bila dibiarkan bisa menular. Si pelaku akan bersekutu dengan teman-temannya untuk mencari korban baru.
“Harus diketahui oleh orangtua, bahwa dampaknya pada pelaku juga sama halnya kepada korban,” kata Jasra Putra, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang juga pemerhati anak, kepada NOVA.
Oleh karenanya, sebagai orang dewasa, kita juga perlu bijaksana menghadapi anak yang jadi pelaku perundungan ini.
Jangan sampai salah langkah, apalagi malah ikut-ikutan merundung si anak.
Baca Juga: Ternyata Orangtua Bisa Jadi Bestie bagi si Kecil, Kenapa Tidak?
Bicara dari Hati ke Hati
Pertama, kita bisa ajak anak bicara dari hati ke hati, tidak langsung menghakimi tentunya. Kita bisa menanyakan alasan anak melakukan hal tersebut.
Dalam beberapa kasus, mungkin anak akan menyangkalnya, namun sebaiknya orangtua tetap bersabar dan tidak memaksa anak untuk langsung mengaku.
Sambil juga dikomunikasikan kepada anak, terkait dampak buruk perundungan ini, baik itu untuk dirinya, maupun korban.
Ini berlaku baik pada perundungan yang dilakukan secara verbal melalui media sosial ataupun yang dilakukan secara langsung.
“Dalam dialog ini diharapkan ada solusi kira-kira apa yang bisa dilakukan anak untuk menghindari sikap-sikap perundungan,” kata Jasra.
Baca Juga: Hati-Hati! Bercanda Menakut-nakuti, Bisa Ganggu Kesehatan Mental Anak
Kedua, jelaskan kepada anak bahwa perundungan ini sangat menyakitkan bagi korban. Tanyakan juga kepada anak bagaimana perasaannya, jika berada di posisi korban.
Misal, Anda bisa bertanya, “Kakak tahu enggak sih, kalau perundungan ini sangat berbahaya, bahkan bisa bisa bikin orang meninggal? Karena korbannya merasa takut terus-terusan, dia tidak bisa makan sampai sakit, akhirnya bisa meninggal.”
Dengan begitu, anak akan sadar bahwa yang dilakukannya tidak hanya menyakitkan tapi juga bisa menyebabkan kematian bagi si korban.
Terakhir, kata Jasra, “Katakan juga pada anak dampak secara hukum bagi pelaku perundungan. Ketika ada perundungan kemudian korban melapor, maka anak akan berhadapan dengan hukum. Jadi dampak hukum ini disampaikan.”
Namun demikian, ada kasus-kasus tertentu di mana pelaku perundungan sampai mengalami trauma, misalnya karena korbannya meninggal, hingga orangtua tak lagi bisa mengatasinya sendiri.
Untuk kasus ini, Anda bisa meminta bantuan profesional seperti psikolog atau mengadu ke KPAI.
Baca Juga: Semakin Banyak Mainan Bikin Anak Kurang Kreatif, Bener Enggak, Ya?
“KPAI akan melakukan pendalaman, kalau memang itu dibutuhkan pelayanan psikolog kita akan rujuk kepada UPT pelayanan bagi perempuan dan anak, yang tersebar di kabupaten atau kota di Indonesia,” pungkas Jasra.
Kiat Cegah Anak jadi Perundung
Mencegah selalu lebih baik daripada “mengobati”. Lantas, apakah perilaku perundungan ini dapat dicegah? Tentu bisa, di antaranya dengan beberapa hal ini.
1. Bangun Komunikasi yang Hangat
Pastikan untuk selalu membangun komunikasi yang hangat dengan tidak hanya menanyakan soal PR atau pelajaran hari ini, tapi juga menanyakan relasi pertemananya di sekolah, lingkungan, dan sebagainya. Sehingga, ketika ada masalah, anak bisa langsung mendiskusikannya.
Baca Juga: Viral Pelecehan Seksual Anak, Begini Kiat Aman Jaga si Kecil di Ruang Publik
View this post on Instagram
2. Role Model
Perilaku anak adalah cerminan dari apa yang dilihatnya sehari-hari. Sehingga, sebisa mungkin, sebagai orangtua kita bisa terus belajar untuk berhati-hati dalam berperilaku, jangan sampai berperilaku kasar, apalagi bertengkar di depan anak.
Kata Jasra, “Orangtua harus menjadi model bagaiaman cara berkomunikasi dengan baik, misal bagaimana cara meminta tolong, dan sebagainya, sehingga ia meniru apa yang dia lihat dan dengar.”
3. Deteksi Dini
Hal lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan mendeteksi dini dari perilaku anak itu sendiri. Misal anak memiliki agresivitas yang tak biasa, merasa tidak bersalah saat melakukan sesuatu yang salah.
Kalau sudah seperti itu, tidak ada salahnya jika langsung mengajak anak bicara dari hati ke hati, atau jika perlu mengajaknya menemui psikolog.
Baca Juga: Jangan Sampai Stres, Begini Kiat Dampingi Saat Anak Ujian di Sekolah
4. Jangan Anggap Sepele
Terakhir, yang mungkin oleh sebagian orang dianggap sepele, adalah menyepelekan bibit-bibit perundungan atau perundungan dalam katagori ringan, seperti mengejek dan mengolok-olok temannya.
“Jadi saran saya, yang ringan ini orangtua harus segera tangani sebelum menjadi lebih parah,” kata Jasra.
Bila anak Anda menjadi pelaku atau korban perundungan, Anda bisa menghubungi KPAI melalui WhatsApp 0811-1772-273 (Senin-Jumat) atau di media sosial Instagram KPAI @KPAI_Official.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR