NOVA.id - Sejak 1999, injeksi Toksin Botulinum telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak dilakukan di dunia.
Selain itu, injeksi Toksin Botulinum juga merupakan pilihan perawatan lini pertama untuk berbagai kondisi medis seperti distonia leher dan kekakuan tungkai.
Secara global, penggunaan Toksin Botulinum dalam estetika telah meningkat karena semakin banyak pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label.
Khususnya di Indonesia, dimana pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda.
Perawatan Toksin Botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu, injeksi berulang diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.
Melihat hal ini, Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI), pada Sabtu (19/11) pun resmi meluncurkan publikasi Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia.
Pedoman tersebut memberikan informasi kepada praktisi estetika dalam memberikan pelayanan terbaik dan aman kepada pasien.
Pasalnya, selama ini para praktisi estetika seringkali menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkan dalam penggunaan Toksin Botulinum yang beredar.
Padahal untuk di Indonesia sendiri, setiap orang memiliki kekhasan anatomi wajah dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam penggunaan Toksin Botulinum saat perawatan estetika mereka.
Baca Juga: Kebutuhan Perawatan Mengalami Perubahan, Indonesia Siap jadi Pusat Estetika Medis Dunia?
dr. Lilik Norawati, Sp.KK, FINSDV, FAADV selaku Ketua Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) mengatakan bahwa saat ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi Toksin Botulinum di Indonesia.
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Siti Sarah Nurhayati |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR