Hal ini bisa memberikan boomerang effect pada anak, dimana ketika kita memanggilnya dengan tenang, anak tak akan membalas teriakan kita dan melakukan apa yang kita minta.
2. Padamkan api amarah
Menurut penelitian, introspeksi dapat membantu kita menenangkan diri di tengah “panasnya” momen.
Baca Juga: 4 Cara Menyembuhkan Trauma KDRT, Jangan Ragu Temui Terapis
3. Pikirkan kata-kata positif
Ketika mulai kesal pada tingkah laku anak, kendalikan diri sambil ucapkan “Mudah melakukannya”, “tarik napas dan hitung sampai 10,” atau “Sabar.”
4. Mendekat pada anak
Gunakan metode lemah lembut dengan menjalin komunikasi yang intens.
Sampaikan bahwa kita memahami perasaannya. Misalnya, ketika anak susah diminta untuk mematikan gadgetnya, kita bisa duduk disebelahnya dan sampaikan ucapan lembut tapi tegas bahwa waktunya bermain sudah habis dan dia harus tidur.
5. Kurangi momen-momen pemicu berteriak
Pagi hari seringkali menjadi momen sibuk untuk menyiapkan diri kekantor dan mengurus anak-anak berangkat sekolah.
Hal itu tentu bisa memicu kita untuk berteriak.
Baca Juga: 7+ Cara Mengawasi Aktivitas Online Anak, Bisa Cegah Bahaya Internet
Untuk mengurangi ketergesaan, bangunkan anak-anak lebih pagi dan coba untuk berbicara dengan nada biasa, bukan malah berteriak sampai mereka bangun.
Meski membutuhkan waktu untuk membiasakan diri, cara ini bisa membawa dampak baik bagi anak dan orangtua.
Maka dari itu, jangan lupa untuk terus berlatih, ya! (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR