NOVA.id - Pada umumnya, setiap perempuan dewasa akan mengalami menstruasi setiap bulan.
Di masa menstruasi itu, tak sedikit perempuan yang memilih untuk tidak melakukan hubungan intim.
Namun, sebenarnya hubungan intim saat menstruasi boleh-boleh saja dilakukan.
Melansir Everyday Health, berhubungan intim saat menstruasi bisa mengurangi kebutuhan akan lubrikasi.
Selain itu, juga dapat meredakan gejala yang berhubungan dengan menstruasi, seperti kram.
Bahkan, sebuah penelitian yang diterbitkan di Cephalalgia menemukan bahwa aktivitas seksual, termasuk saat menstruasi, dapat mengurangi migrain dan sakit kepala untuk beberapa orang.
Dilansir dari Medical News Today, melakukan seks saat haid juga bisa mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan kebugaran, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, periode menstruasi juga akan lebih pendek karena kontraksi uterus selama orgasme.
Menstruasi juga lebih ringan dan periode yang tidak terlalu menyakitkan.
Namun sebelum memutuskan untuk melakukan hubungan intim saat menstruasi, kita juga perlu mengetahui risiko kesehatan yang menyertainya.
Risiko hubungan intim saat menstruasi
Baca Juga: Rutin Berhubungan Intim, Ternyata Bisa Bikin Awet Muda! Ini Faktanya
Mengutip Kompas.com dari Healthline, risiko terbesar berhubungan seks saat menstruasi adalah darah yang akan mengotori ranjang, selimut, atau tubuh kita dan pasangan.
Berhubungan seksual saat menstruasi juga bisa meningkatkan risiko penyebaran infeksi menular seksual seperti hepatitis atau HIV.
Virus itu diketahui hidup dalam darah dan bisa menyebar melalui darah haid yang terinfeksi.
Selain dua hal itu, kita juga berisiko terinfeksi jamur.
Pasalnya, vagina memiliki kadar pH antara 3,8 hingga 4,5 setiap bulannya.
Namun, saat menstruasi, kadar pH meningkat akibat pH darah menjadi lebih tinggi.
Hal itulah yang membuat jamur berkembang lebih cepat di vagina.
Selain itu, masih ada kemungkinan hamil meski berhubungan seks di masa menstruasi.
Risiko kehamilan akan lebih besar jika bercinta dilakukan selama ovulasi, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi.
Tetapi, perlu diingat bahwa setiap perempuan memiliki panjang siklus menstruasi yang berbeda dan dapat berubah setiap bulan.
Sehingga, apabila kita memiliki siklus menstruasi yang pendek, maka risiko hamil akan lebih tinggi.
Baca Juga: Denda Melakukan Hubungan Intim saat Sedang Berpuasa di Bulan Ramadan
Misalnya, kita memiliki siklus haid yang pendek (21-24 hari) dan mengalami ovulasi segera setelah haid usai, maka kemungkinan hamil akan lebih tinggi.
Hal ini terjadi karena ada kemungkinan sel telur akan keluar saat sperma masih bertahan dalam saluran reproduksi dan pembuahan pun bisa terjadi.(*)
Ternyata Ini Usia Ideal si Kecil Pisah Kamar dan Cara Agar Anak Mau Tidur Sendiri
KOMENTAR