Yang namanya penyakit memang butuh disembuhkan dengan melakukan pengobatan.
Maka, dengan besar hati, minta pasangan untuk menemani ke dokter spesialis kandungan untuk melakukan pengobatan.
Yap, dukungan dari pasangan sangat penting, khususnya untuk menjaga mental tetap stabil.
Karena, hal ini bisa dilewati jika pasangan bisa ikut mendukung kita untuk sembuh dari vaginismus, sehingga bisa memperbaiki kualitas hubungan intim dengan pasangan.
Sebab, pada dasarnya vaginismus ini bisa disembuhkan. Biasanya pengobatan dilakukan dengan metode dilatasi berbantu, yakni dengan memberikan terapi dengan dilator (alat medis Bisa berbentuk seperti penis)) besar pada vagina dan obat tertentu untuk meningkatkan kontrol terhadap otot-otot di vagina.
Menurut dr. Robbi, dengan pengobatan ini yang mengalami vaginismus bisa melakukan hubungan seks dengan penetrasi penis paling tidak 4,5 minggu setelah pengobatan.
Tentu tergantung derajat keparahannya.
Lakukan Kegitan Seks Lain
Lalu, selama itu tak bisa lakukan hubungan intim?
Nah, untuk mengatasi hal ini, sementara bisa melakukan kegiatan seksual lain tanpa penetrasi, seperti foreplay lebih sering, mandi bersama, cuddling (berpelukan), dan kegitan lainnya yang nyaman dilakukan bersama.
Ingat, jangan memaksa melakukan penetrasi, ya.
Sebab, mental malah bisa makin terusik.
“Paksaan berulang-ulang memang tidak menyebabkan bahaya atau menjadi luka. Tetapi, adanya vaginismus jadi kurang rileks. Karena responnya normal, nafsunya normal, rangsangnya normal, basahnya normal, tapi dia tahu bahwa di akhir ada percobaan penetrasi itulah yang membuat freak out. Jadi, semakin frustrasi. Laki-lakinya frustrasi, perempuannya apalagi,” tutup dr. Robbi.
Jadi, patut curiga jika vagina nyeri saat hubungan intim dan selalu terjadi. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR