Sejatinya, silent treatment ini bukanlah solusi dari rasa marah dan kesal yang dirasakan, sebaliknya justru bisa mengancam hubungan kita dan pasangan.
“Silent treatment ini malah membuat masalah enggak selesai, bisa jadi pasangan enggak sadar dan enggak tahu apa salahnya. Karena memang bentuknya pengabaian. Dan tidak ada penjelasan kenapa diabaikan, ya sudah tiba-tiba diam,” ujar Keumala Nuranti M.Psi Psikolog, Psikolog klinis dewasa kepada NOVA.
Lebih jauh, tindakan silent treatment juga ternyata bisa masuk dalam katagori kekerasan emosi, lo.
Khususnya jika hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai hukuman bagi pasangan agar ia menderita dan bukan memperbaiki hubungan.
“Jika tujuannya mengabaikan untuk menghukum berarti secara tidak langsung ada keinginan untuk menyakiti. Namanya menyakiti, kan, sudah masuk aggressive behavior, walaupun enggak serta merta semua orang yang melakukan silent treatment kita bisa masukkan ke golongan tersebut, tergantung kadarnya,” jelas Keumala.
Nah, apa saja penyebab silent treatment?
1.Belum bisa memahami emosi
Umumnya perilaku silent treatment ini dilakukan oleh mereka yang belum bisa memahami emosinya dengan baik, yang secara otomatis juga tak bisa mengelola emosinya.
Akibatnya, untuk menyelesaikan masalah belum cukup baik, akhirnya menggunakan cara diam untuk menekan orang lain secara sepihak menyelesaikan masalah tersebut.
2.Untuk menghindari konflik
Sebagian orang memilih diam daripada harus terlibat dalam perdebatan.
Baca Juga: Kenali 3 Bahaya Diam dalam Sebuah Hubungan, Efeknya Fatal!
Terkesan baik tapi seperti bola salju semakin lama emosi kita semakin menumpuk dan bisa meledak kapan saja.
3.Tak pandai berkomunikasi
Tidak tahu bagaimana mengungkapkan apa yang dirasakan, namun di satu sisi ingin pasangannya tahu apa yang dirasakan.
Nah, itulah arti dari silent treatment yang disinggung dalam kasus perselingkuhan Virgoun. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR