Chef Hassan ikut menambahkan bahwa rangkaian Culinary Journey memberikan inspirasi serta pengertian lebih dalam akan kaya dan ragamnya budaya Indonesia.
“Di setiap lokasi yang kami kunjungi dalam Culinary Journey ini mempunyai tradisi unik yang hangat, yang juga lekat dengan pengaruh agama,” ujarnya.
“Kota Medan yang menjadi salah satu destinasi kami adalah sebuah peleburan berbagai budaya seperti Melayu, Tiongkok, India, Aceh, Minang, Jawa serta tradisional Batak mempunyai kemiripan dengan Qatar, dimana sebagian besar masyarakatnya adalah pendatang. Kota ini juga mempunyai hidangan kari yang istimewa, yang amat mudah digemari oleh banyak kalangan, dapat dipadupadankan serta dikemas sesuai selera dan jaman, yang menurut saya tepat menjadi hidangan asli yang dapat mewakili Indonesia di kancah kuliner dunia,” ungkapnya.
Sore harinya dalam panel diskusi Food for Thought yang diadakan di Rumah Kayu @ Taman Kuliner, Chef Noof, Chef Devina serta Chef Charles akan menjelajahi inovasi warisan, tradisi dan kontemporer yang sama-sama dimiliki oleh Qatar dan Indonesia.
Mereka akan mengajak pengunjung temukan irisan antara tradisi mereka dengan makanan Indonesia dan menceritakan kekuatan tradisi kuliner sebagai jembatan antar negara, seiring dengan esensi Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture.
“Saya menikmati pengalaman luar biasa ini dan belajar banyak budaya dan sejarah berbagai kota di Indonesia. Tidak kurang dari 300 suku bangsa di Indonesia, masing-masing dengan kelompok adat yang kebiasaan, tradisi dan budaya yang khas,” ujar Chef Noof di sela-sela acara Food for Thought kemarin.
“Indonesia amat kaya dengan bumbu dan rempah-rempah yang membentuk resep tradisional untuk memanfaatkan kekayaan ini. Resep bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, sesuai dengan kekayaan alam di daerah tersebut. Orang Jawa, misalnya, cenderung makan makanan manis karena banyaknya tebu dan gula aren. Tapi banyak tempat lain seperti Padang, Manado dan Bali, yang sangat kuat pada penggunaan cabai dan rempah-rempah,” jelasnya.
Di hari terakhir Ubud Food Festival ini, Chef Noof bersama Jungle Chef Charles memperlihatkan kepiawaian mereka memasak camilan khas tradisional Qatar dan Papua yang terjembatani dengan program Culinary Journey, Kebab Nakhe dan Sinole Ikan.
“Kebab Nakhe yang amat mirip dengan bakwan atau bala-bala goreng ini bisa menjadi cemilan sore yang bisa disantap bersama dengan Sinole Ikan,” jelas Chef Charles.
“Perpaduan rasa ini akan membawa hawa baru hasil persaudaraan yang terbangun melalui Culinary Journey,” pungkasnya.
Pilihan lokasi, Papua, Medan serta Bali pada rangkaian Culinary Journey ini dipastikan bukan hanya mempunyai ragam kuliner, tetapi juga sarat akan nilai Budaya.
Baca Juga: Baru! Milkita Bites, Cara Asyik Makan Permen Susu Bersama Keluarga
“Ini sebuah proses saling mengenal budaya, kebudayaan Indonesia dengan ekology yg sangat variatif dan kebudayaan Qatar. Ketika kita bicara pangan, ini tidak hanya soal makanan, namun juga tradisi-tradisi yang mengikutinya” ungkap Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan, Kemendikbudristek.
Beliau menambahkan bahwa ia berharap melalui Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture masing-masing negara dapat lebih mempererat persaudaraan, menggali dan lebih memahami keunikan dan keragaman ini.
Ketua Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) yang juga dipercayakan sebagai Koordinator Program untuk Iftar dan Culinary Journey, Santhi Serad mengutarakan rasa bangganya menjadi bagian dari program yang sarat dengan perkenalan budaya Indonesia di 3 lokasi terpilih, yakni Papua, Medan serta Bali melalui masyarakatnya, makanan tradisional serta makanan khas tiap daerahnya dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam setiap masakan. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR