Nova.id – Pada era modern seperti saat ini, para ibu sulit untuk benar-benar menghindari anak untuk mengonsumsi makanan kemasan.
Tak dapat dimungkiri, makanan kemasan kerap menjadi alternatif para ibu ketika anak sulit makan atau tidak memiliki cukup waktu untuk memasak.
Namun, banyaknya pilihan makanan kemasan di pasaran sering kali membuat para ibu bingung menentukan mana yang baik untuk dikonsumsi anak-anak.
Pengalaman ini juga yang dirasakan oleh salah satu Sahabat Nova, Yosi Ariani. Agar anak tidak jenuh, makanan kemasan sering ia sajikan sebagai camilan maupun selingan makanan.
“Makanan kemasan kadang suka diberikan untuk anak meskipun enggak sering,” ungkap Yosi dalam agenda webinar Pintar Pilih Makanan Kemasan: Anak Ceria, Ibu Stress-Free, Jumat (21/7/2023).
Baca Juga: Peringati Hari Anak Nasional 2023, Ini Cara Memenuhi Hak Bermain Anak
Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan agenda yang diinisiasi Nova bersama PT United Family Food (Unifam) dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh setiap 23 Juli.
Webinar tersebut dihadiri oleh Deputi III Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rita Endang, Ahli Nutrisi dan Pakar Nutrisi dan Kesehatan Masyarakat Widya Fadila , serta Asry Prisda Sihombing sebagai moderator.
Menanggapi kebiasaan Yosi, Pakar Nutrisi dan Kesehatan Masyarakat Widya Fadila menjelaskan pentingnya kecermatan ibu dalam memberikan berbagai makanan kemasan, khususnya camilan manis.
“Mengonsumsi makanan kemasan itu boleh. Namun, ibu harus tetap cermat dalam melihat kandungan gizi yang ada dalam kemasan. Tak jarang, beberapa makanan kemasan justru punya kandungan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anak,” ujar Widya.
Baca Juga: Baru! Milkita Bites, Cara Asyik Makan Permen Susu Bersama Keluarga
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan agar para ibu sebaiknya menunda memberikan makanan kemasan kepada anak usia dini guna mencegah paparan rasa yang ekstrem sebelum mengenal rasa makanan yang diproses sendiri oleh ibu.
Pasalnya, lidah anak yang terpapar makanan kemasan sejak usia dini cenderung memiliki kepekaan rasa yang berbeda, baik rasa manis maupun asin.
“Untuk pemberian makanan kemasan sebenarnya tidak ada patokan umur tertentu. Tapi sebaiknya nanti, ketika anak berusia 4-5 tahun. Kalau dikenalkan makanan kemasan sejak dini, anak rentan menyenangi rasa yang sangat kuat nantinya,” jelas Widya.
Senada, Deputi III Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM Rita Endang juga mengutarakan bahwa makanan kemasan sebaiknya dikenalkan ketika anak menginjak usia yang matang.
Namun bila diperlukan, ibu perlu memastikan bahwa makanan kemasan yang diberikan dalam kondisi baik, memiliki kualitas pangan yang tinggi, serta diproduksi dengan standar keamanan pangan yang sesuai.
Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Tantrum saat Bermain, Orangtua Harus Tahu Kapan si Kecil Lelah
“Ibu perlu membaca label kemasan dan tabel nilai gizi sebelum membeli. Dengan kebiasaan ini, para ibu bisa membedakan apa saja produk yang baik dikonsumsi oleh anak-anak,” ujar Rita.
Tak hanya itu, para ibu juga diingatkan agar membiasakan cek Kemasan, Label, Izin Edar dan Kadaluarsa alias cek “KLIK” sebelum membeli makanan kemasan.
Untuk memastikan apakah makanan itu aman dan telah memiliki izin edar dari BPOM, ibu bisa mengecek kode BPOM produk melalui cekbpom.pom.go.id atau melalui aplikasi BPOM Mobile.
“Agar lebih praktis, ibu bisa scan kode quick response (QR) yang ada pada kemasan. Untuk makanan home made buatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pastikan kemasan produk memiliki kode Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT),” jelas Rita.
Kemasan makanan yang sehat dan legal juga pasti memiliki tanggal kedaluwarsa, serta informasi nilai gizi. Jika ingin memberi makanan yang dibuat khusus untuk orang dewasa, pastikan ibu selalu melihat jumlah takaran yang disarankan.
Baca Juga: Tahun Ajaran Baru, Ini Tips Mengajarkan Anak Membaca Anti Drama
“Untuk produk dewasa, berikan porsi lebih kecil dari jumlah takaran yang disarankan. Namun, sebaiknya selalu beri makanan yang diproduksi khusus untuk anak-anak karena kandungan gizinya lebih seimbang,” tegasnya.
Jika anak menderita alergi, pastikan komposisi makanan kemasan tidak mengandung alergen, seperti susu, ragi, atau kacang-kacangan. Informasi alergen umumnya terdapat pada label komposisi dengan tulisan bercetak tebal.
“Meskipun beberapa produk tidak mengandung alergen, tetapi produsen seringkali membuat banyak varian produk dengan mesin yang sama. Artinya, risiko cross contamination selalu ada. Makanya dibuatlah label ‘mungkin mengandung alergen’ pada kemasan,” tegasnya.
Guna mendukung kebiasaan baik tersebut, Unifam turut meluncurkan program #BacaLabelBaruBeli yang pertama kali diperkenalkan melalui akun Instagram @Unifam.id pada awal Juni 2023.
Head of Human Capital and Corporate Affairs Unifam Windy Prastiwi yang juga hadir dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa acara ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilih camilan yang aman dan memenuhi standar kualitas.
“Melalui acara ini, kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya memahami dan memastikan makanan kemasan dalam kondisi prima dan memiliki kualitas pangan yang tinggi serta diproduksi dengan standar keamanan pangan," jelasnya.
Bagi Sahabat NOVA yang ingin mengetahui lebih banyak tentang program #BacaLabelBaruBeli, informasi selengkapnya dapat dilihat melalui Unifam.com serta Instagram Unifam di @unifam.id.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR