“Mungkin tampilannya bisa berbeda di tiap ibu, tapi gejala atau tandanya mirip. Misalnya cemas, mood-nya enggak enak, gampang nangis, dan sensitif banget sama sesuatu. Tapi output-nya beda- beda. Mungkin aku sensitifnya dalam hal menyusui, ada yang lebih dramatis di bagian pembiasaan tidur,” jelas Saskhya saat diwawancara NOVA dan pernah terbit pada Tabloid NOVA Edisi 1764.
Saskhya melanjutkan bahwa baby blues sebenarnya adalah fase yang wajar untuk dialami ibu.
Bahkan, berdasarkan data secara global ada sekitar 70-80 persen ibu yang mengalami baby blues.
Hanya saja mungkin intensitasnya yang berbeda-beda.
“Bisa kita katakan baby blues situasi yang wajar. Tapi, menjadi tidak wajarnya itu ketika kondisinya mungkin ternyata bukan baby blues,” ungkap Saskhya.
Yap, ada beberapa kondisi yang memberikan gejala mirip seperti baby blues, tapi ternyata adalah masalah psikologis yang lain.
Makanya, kita harus cermat membedakan.
Saskhya menuturkan bahwa baby blues biasanya muncul beberapa hari setelah melahirkan hingga berlangsung sekitar dua minggu.
Emosi yang muncul pun masih dalam kondisi yang bisa dikendalikan, jika tidak kunjung membaik setelah dua minggu, bisa dikonsultasikan, mungkin ada masalah lain yang perlu dikonsultasikan.
“Jadi, kadang sedihnya masih berkepanjangan, nih. Berbulan-bulan, enggak berubah situasinya. Kadang jadi ada perasaan negatif pengin menyakiti anak, menyakiti orang sekitar, atau jadi susah bonding dengan anak. Itu bisa jadi bukan baby blues,” tegas psikolog dengan akun @saskhya ini.
Lantas apa saja penyebab baby blues?
Baca Juga: Berkaca Kasus Ibu Buang Bayi ke Rel Kereta di Pasar Minggu, Simak 5 Ciri Menonjol Baby Blues
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR