NOVA.ID - Sebelum kita lupa, jika memiliki ide sebaiknya memang segera dieksekusi.
Karena tidak ada yang tahu jika mungkin dari ide tersebut bisa menjadi sesuatu yang besar, seperti cerita di balik kesuksesan produk perlengkapan makan dan dapur Dekayu asal Yogya ini.
Berawal dari ide Nia Fernanda atau yang akrab dipanggil Nia, yang melihat banyaknya limbah kayu di kota Yogyakarta.
Kemudian ia tercetus untuk membuat produk dari limbah kayu yang bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.
“Awal mula idenya dari situ, di mana kita lihat produk lokal yang ada di Yogya, dan waktu itu kita terpikir produk kayu tidak hanya sebagai hiasan atau pajangan. Tapi juga ingin mengenalkan jika produk yang dibuat pengrajin itu bisa dipakai sehari-hari,” kata Nia, salah satu sosok Srikandi untuk Negeri ini kepada NOVA.
Lebih dari itu, dengan produk Dekayu miliknya Nia berharap agar kayu-kayu yang berukuran tidak lagi besar bisa tetap memiliki nilai yang baik.
“Misi kedua menaikkan nilai dari sebuah produk, yang tidak hanya sebagai hiasan tapi juga bisa dipakai sehari-hari,” ujarnya.
Ya, tak dapat dimungkiri jika di Kota Pelajar banyak sekali produk kerajinan kayu.
Namun, 5 tahun ke belakang masih belum banyak produk kayu yang diperuntukkan sebagai barang kebutuhan sehari- hari, seperti peralatan makan.
Tak langsung sukses.
Di tahun 2017, sebelum menemukan jalan suksesnya dengan produk yang sekarang, Nia sempat mencoba untuk membuat produk lain seperti lampu tidur dari limbah kayu tersebut.
Baca Juga: Jadi Srikandi untuk Negeri, Yoan Taway Ajak Perempuan Kalimantan Bikin Tas “Luxury Craft” Lokal
Tapi belum berhasil.
Hingga akhirnya ia memutuskan fokus dengan produk kebutuhan dapur.
Untuk pemasarannya, Nia memulainya dengan mendekati komunitas fotografi makanan dan langsung mendapatkan respons positif.
Dari foto-foto yang menggunakan produknya itu membuat Dekayu semakin dikenal.
Mindset soal Produk Kayu
Nia bercerita jika pola pikir orang-orang soal produk kayu, menjadi hal yang paling berat saat memulai bisnisnya ini.
Pasalnya saat itu produk kayu sangat identik dengan furniture, pajangan, atau hiasan saja.
Tak banyak orang yang mau menggunakan produk piring, sendok, atau gelas kayu.
Kalaupun memilikinya paling hanya dipajang juga karena khawatir rusak, atau bingung cara merawat produk tersebut.
Pun dari segi pemasaran, perlengkapan dapur kayu ini jarang sekali ikut dipajang sejajar dengan produk sejenis. Kalaupun ada biasanya hanya di tempat oleh-oleh saja.
Kata Nia, “Jadi kita itu ingin produk kita sejajar dan disandingkan dengan produk sejenis, misal piring kayu bisa ikut berjajar di antara produk piring lainya seperti melamin, plastik, yang berbahan bukan kayu. Karena secara fungsi sama. Jadi kita ingin produk kayu ini tidak hanya dijadikan sebagai oleh- oleh saja.”
Untuk itu, soal kualitas dan standarisasi menjadi prioritas bagi Dekayu agar bisa tahan lama dan juga aman untuk digunakan.
“Tantangannya mengedukasi bahwa produk kami bisa diperlakukan seperti piring pada umumnya,” ujarnya.
Dibanderol dengan harga mulai dari Rp10.000 sampai Rp150.000, produk Dekayu setiap harinya bisa terjual hingga 100 buah.
Kini juga sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia. “Kalau ke luar negeri ada ke Korea, Malaysia, Singapura, Amerika, dan Brunei, tapi belum kapasitas ekspor, jadi langsung ke penggunanya,” pungkasnya.
Nah, itulah kisah dari salah satu sosok Srikandi untuk Negeri dengan memanfaatkan limbah kayu menjadi inspirasi dan bisnisnya memberdayakan sesama. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR