NOVA.ID - Jelang liburan akhir tahun, pasti Sahabat NOVA sudah menyiapkan rencana liburan.
Mulai dari destinasi, transportasi, hingga akomodasi semua wajib dipikirkan dan direncanakan.
Jika memungkinkan bahkan dicicil dari saat ini, seperti yang dilakukan oleh Ayudia Bing Slamet, aktris, penulis, dan musisi Indonesia.
“Aku biasanya prepare akomasinya udah dicicil sebelum berangkat. Misal kalau aku kan bisa liburan pas anak libur sekolah, jadi ini Oktober aku udah ibaratnya “nyicil”. Nanti nyicil transportnya, gitu. Jadi nanti di sana tinggal biaya makan aja,” ujar Ayudia saat ditemui NOVA di DION Senayan Park, (18/10).
Apalagi jika Sahabat NOVA dan keluarga ingin pergi berlibur ke luar negeri.
Pasti persiapannya makin kompleks lagi.
Kita wajib menyiapkan mata uang asing sesuai dengan destinasi liburan kita.
Jangan sampai terkena “jebakan batman” dnegan biaya-biaya tersembunyi saat ingin menukar mata uang asing saat ingin liburan.
Asal tahu saja, Wise, perusahaan teknologi global yang menciptakan cara memindahkan uang ke seluruh dunia, mengungkap bahwa masyarakat Indonesia kehilangan sekitar Rp15,09 triliun setiap tahun untuk biaya penukaran mata uang asing, di mana sekitar Rp6,83 triliun merupakan biaya yang disembunyikan dalam bentuk markup nilai tukar, pembayaran, dan pembelian menggunakan kartu kredit.
Sisanya, Rp8,26 triliun merupakan biaya transaksi.
Data tersebut diperoleh dari penelitian independen yang dilakukan oleh Capital Economics pada bulan Juli 2023, yang bertujuan untuk memperkirakan besaran biaya transaksi mata uang asing1 di Indonesia.
Baca Juga: Gampang! Ini Cara Tukar Mata Uang Asing Pakai Jenius untuk Liburan ke Luar Negeri
Besaran dari masalah biaya tersembunyi di Indonesia
Di antara masyarakat Indonesia yang sering mengirim uang ke luar negeri, sebagian besar mengetahui dua biaya utama untuk transfer internasional, yaitu biaya transaksi di muka (upfront fee) dan biaya nilai tukar (exchange rate fee).
Namun, masih banyak yang belum mengetahui biaya remitansi yang sebenarnya. Sekarang biaya pengiriman uang antar negara rata-rata mencapai 6,3%.
Ini berarti bahwa transfer uang sebesar USD 1.000 (± Rp 15 juta) ke Indonesia masih dikenakan biaya sebesar USD 63 atau sekitar Rp 1 juta.
Upfront fee yang biasanya diungkapkan oleh provider seringkali berbeda dari biaya yang sebenarnya ditagih.
Provider cenderung untuk tidak menggunakan kurs tengah dan tidak mengungkapan markup yang ditambahkan pada nilai tukar.
Akibatnya, konsumen tidak sadar kalau mereka dikenakan biaya tambahan.
Menyikapi isu transparansi, kini jadi topik pembicaraan di Twitter atau X, setelah Ayudia juga membagikan pengalamannya saat transfer ke luar negeri pada platform social media tersebut.
"Keinget transfer ke luar negeri buat temen/keluarga. Emang tau sih ada feenya, tapi pas nyampe ternyata ada duit yg kepotong lagi, kalau dari dulu tau gini aku pasti cari cara lain buat transfer." ujarnya di akun Twitter @ayudiac.
Pengalaman Ayudia ini tidaklah ini, karena sekarang semakin banyak orang dan bisnis yang menjalani kehidupan internasional sehingga kebutuhan untuk memindahkan uang antar negara semakin meningkat.
Menanggapi hal ini, Wise Indonesia meluncurkan kampanye #TransparanBarengWise yang bertujuan untuk meningkatkan awareness mengenai biaya tersembunyi.
Baca Juga: Mau Tahu Cara Investasi Mata Uang Asing? Kenali Dulu Risiko Ini
Termasuk untuk mendidik masyarakat mengenai biaya tersembunyi dan mempromosikan transparansi harga di seluruh industri.
Kabar baiknya adalah provider telah membuat kemajuan signifikan dalam mengatasi masalah ini, walau masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan.
"Warga Indonesia semakin mengincar layanan yang lebih baik, lebih cepat, dan harga yang lebih terjangkau, karena perkembangan internet dan teknologi," kata Elian Ciptono, Country Manager Wise Indonesia.
"Melalui kampanye ini, kami berharap untuk menginformasikan dan mendidik masyarakat mengenai transparansi, yang juga sejalan dengan tujuan jangka panjang kami untuk membantu orang-orang memindahkan dan mengelola uang dengan cara yang lebih cepat, murah, dan transparan,” tambahnya.
Konsumen tetap disarankan untuk mencari penyedia layanan terbaik yang dapat memberikan nilai tukar dan biaya transaksi yang adil, atau untuk menggunakan platform pengiriman uang internasional seperti Wise.
Wise memberikan warga Indonesia layanan pengiriman uang ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia dengan nilai tukar pasar tengah yang dapat ditemukan di Google atau Reuters, tanpa markup nilai tukar.
“Aku juga penasaran pakai Wise karena aplikasi, memudahkan dan bisa liat kurs juga dengan nilai tengah jadi fair,” kata Ayudia. (*)
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR