NOVA.id - Jika bicara soal limbah sampah, rasanya memang tak pernah ada habisnya.
Sustainable Waste Indonesia (SWI), sebuah asosiasi internasional tentang pengelolaan sampah, menyebut bahwa pada tahun 2017 Indonesia menyumbang 64 juta ton sampah setiap tahunnya.
Melihat fakta itu, Faia Faaizah, Creative Director Foyya Studio tergerak untuk membantu Indonesia agar ramah lingkungan.
Lewat produk-produk yang dihadirkan, sosok yang bisa dikatakan Srikandi untuk Negeri bagi lingkungan ini berhasil tidak menyisakan sampah dari usahanya.
Kok, bisa?
“Jadi di sini, semua bahan itu benar-benar enggak ada yang kebuang. Semua kita bikin lagi menjadi produk fungsional. Itu membantu sekali untuk mengurangi sampah setelah dipakai gitu,” jelas Faia kepada NOVA dalam Tabloid NOVA edisi 1714.
Lewat tangan dinginnya ini, Faia berhasil menghasilkan produk rumah tangga yang ramah lingkungan, di antaranya pembungkus makanan, sponge cuci piring, reusable tisu dapur, reusable napkins, sampai bungkus pot bunga.
Lalu, bagaimana Faia memulai usahanya ini?
Undangan Pernikahan
Sebetulnya Foyya Studio bukanlah usaha pertama Faia. Sejak 2017, dia sudah buka usaha jasa ilustrasi untuk membuat pattern, kartu undangan pernikahan, hampers, dan suvenir pernikahan.
Sepanjang perjalanan, Faia merasa sampah-sampah sisa produksi banyak terbuang.
“Setelah dua tahun itu, kami sadar dengan post-consumer waste. Ternyata banyak sampah yang telah kami hasilkan dan itu dibuang. Jadinya, sekitar Agustus 2019 kami mencoba menjadikan bahan-bahan sisa itu sebagai produk baru dan bikin brand Foyya Studio. Hampir dibilang enggak ada modal,” jelas Faia.
Tapi, Faia tidak sendiri.
Sampah- sampah hasil produksi itu nantinya dibuatkan sebuah produk oleh penjahit-penjahit perempuan di sekitar Bekasi.
Sehingga, produk yang dihasilkan betul-betul handmade.
“Kalau kualitas ya, kami memang handmade, masih pakai tangan. Jadi, suka ada produk yang tidak sama dengan yang lainnya. Kami selalu bilang ke costumer. Misalnya, dia bisa saja dapat produk ikat rambut di edisi yang sama, tapi ukurannya berbeda,” jelas Faia.
Kolaborasi Konten Setelah membuat produk, Faia memulai dengan Instagram, Tokopedia, dan Shopee untuk menjual produknya.
Tak hanya itu, Faia mengaku secara mandiri sering mengirimkan email ke komunitas yang juga peduli sampah untuk melakukan kolaborasi.
“Biasanya kita juga kayak kasih edukasi tentang sampah dan lingkungan gitu. Terus, kita juga sering kolaborasi dengan praktisi sadar lingkungan untuk bikin konten bareng. Di situlah, jadinya Foyya semakin ada peningkatan penjualan,” jelasnya.
Setiap produk yang dijual Faia di Foyya Studio ini juga relatif terjangkau, pada tahun 2020 berkisar antara Rp17.500-Rp185.000.
Dengan harga segitu, Faia bisa mendapatkan rata-rata omzet sekitar Rp2 juta-Rp4 jutaan per bulan.
“Kalau dari Foyya Invites sendiri, itu omzet sudah lebih dari Rp5 juta ya (2020). Bergantung dengan berapa banyak yang pesan. Nah, biasanya ya, sisa-sisa bahan dari pesanan itu dijadikan bahan buat Foyya Studio,” jelasnya.
Wah, sangat menginspirasi ya kisah Faia menjadi Srikandi untuk Negeri dalam bidang lingkungan dan pemberdayaan perempuan. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR