NOVA.ID - Kasus pencabulan seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) di Pekanbaru, Riau masih menjadi sorotan.
Seperti yang telah diberitakan NOVA.ID, kronologi kasus ini bermula dari orang tua korban melihat adanya perubahan yang janggal dari perilaku sang anak.
Korban menjadi mudah marah, dan kala itu korban marah karena tak diberi susu coklat hingga mengamuk dan memperlihatkan kemaluannya.
Kaget, orang tua korban pun bertanya tentang asal perilaku itu, korban mengaku diajari oleh teman sekelasnya yang juga merupakan anak laki-laki.
Sang anak mengaku sudah 4 kali mengalami pencabulan di area sekolah oleh teman sekelasnya itu.
Ia bahkan mengakui soal adanya tindakan pencabulan di area dubur.
Dari kasus pencabulan anak TK ini Sahabat NOVA sebagai orang tua tentu harus menaruh perhatian ekstra.
Penting bagi ayah ibu mengetahui apa saja hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk mengembalikan kondisi mental anak pasca trauma.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari TigaGenerasi, Ayoe Sutomo, M.Psi menuturkan bahwa jika trauma tidak ditangani dengan baik, bisa saja memengaruhi pertumbuhan seksual korban.
"Bisa jadi, apalagi ketika terjadi trauma masa kecil terkait dengan seksual," ujar Ayoe Sutomo kepada NOVA, Kamis (18/1).
Lantas bagaimana sebaiknya hal yang yang dilakukan orang tua untuk memulihkan kondisi mental anak pasca trauma?
Baca Juga: Miris! Kronologi Awal Mula Terungkapnya Kasus Pencabulan Anak TK Oleh Teman Sekelas di Riau
Berikut 4 cara yang bisa dilakukan ayah dan ibu untuk memulihkan kondisi mental anak menurut psikolog Ayoe Sutomo, M.Psi.
1. Pendampingan Mental dengan Menjadi Teman Bicara
Pendampingan adalah hal yang wajib dan paling utama untuk orang tua berikan kepada anak.
Selain itu, orang tua juga bisa menjadi teman bicara anak untuk apa pun perasaan dari si kecil.
Terlebih jika respon traumanya itu kembali muncul, orang tua harus selalu ada untuk menemani anak.
"Orang tua hadir sebagai teman bicara yang kemudian siap untuk menerima perasaan anak, pada saat respon traumanya itu kembali muncul."
"Serta mendampingi secara bekelanjutan pada saat respon trauma itu muncul," tutur Ayoe Sutomo.
2. Mendorong Anak Melakukan Aktivitas Seperti Biasa
Penting bagi orang tua mendorong anak agar bisa kembali menjalani aktivitas seperti biasa.
Namun demikian, orang tua juga sebaiknya menjaga si kecil dari hal-hal yang memicu traumanya datang kembali.
"Membantu anak atau mendorong anak untuk melakukan aktivitas seperti biasa ya, memang dijaga dari hal-hal yang bisa memicu atau menjadi trigger sumber trauma dijaga dari anak."
"Tapi bukan berarti anak menjadi tidak diperbolehkan untuk melakukan apa-apa," ujarnya.
Sebisanya bantu anak untuk kemudian melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan.
3. Ruang Aman Bagi Anak
Hal selanjutnya yang bisa dilakukan orang tua untuk memulihkan kondisi mental pasca trauma selanjutnya adalah dengan menjadi ruang aman.
Ruang yang aman disini berarti menerima segala hal dari anak seperti ketakutannya maupun perasaannya.
"Jadi ruang yang aman bagi anak untuk menceritakan perasaan, ketakutan, menerima perasaan anak sehingga anak merasa nyaman," kata Ayoe Sutomo.
4. Membawa ke Tenaga Profesional
Selain ketiga hal di atas, Sahabat NOVA sebagai orang tua juga tak ada salahnya untuk mengajak ke tenaga profesional seperti psikolog anak maupun psikiater.
Orang tua bisa memberikan bujukan atau dukungan agar si kecil tak takut bertemu dengan ahlinya.
"Dan tentunya memberikan dukungan dengan membawa ke profesional untuk membantu anak menghilangkan traumanya secara komprehensif," lanjut Ayoe Sutomo.
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk memulihkan kondisi mental anak pasca trauma. (*)
Penulis | : | Maulana Wildan Ibrahim |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR