NOVA.id - Hari Glaukoma Sedunia diperingati setiap minggu ke-2 bulan Maret.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat maupun stakeholder (pelaku di bidang kesehatan) tentang pentingnya upaya preventif, kuratif hingga rehabilitatif penyakit glaukoma.
Tema Pekan Glaukoma Sedunia 2024 kali ini yaitu “Uniting for a Glaucoma-Free World” dengan artian Bersatu untuk Dunia Bebas Glaukoma.
Glaukoma adalah kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik.
Hal ini akan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan.
Kondisi ini dapat dialami oleh usia berapa pun, namun seiring peningkatan faktor risiko, kondisi ini banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas.
Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.
Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun bisa dicegah dampak fatalnya yaitu berupa kebutaan permanen.
Di negara berkembang, 90 persen kasus glaukoma tidak terdeteksi.
Hal ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu milyar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi yang tidak merata.
Dalam rangka memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada tanggal 10-16 Maret 2024, JEC Group menyelenggarakan berbagai kegiatan dengan tema Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita.
Baca Juga: Kisah Pilu di Balik Meninggalnya Aminah Cendrakasih Pemeran Mak Nyak di Si Doel Anak Sekolahan
Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terkait penyakit glaukoma yang tidak dapat direhabilitasi dan upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma.
Serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi glaukoma sedini mungkin.
Kegiatan yang dilakukan JEC Group diantaranya yaitu Radio Talkshow tentang Gerakan Sadar Glaukoma Guna Menyelamatkan Penglihatan dan Kualitas Hidup, Seminar Dokter Umum tentang Tantangan Diagnosa Glaukoma di Masyarakat, Skrining Tekanan Bola Mata Gratis untuk masyarakat luas.
Kemudian Edukasi Masyarakat melalui program Internal Customer Discussion, yaitu edukasi di ruang tunggu RS/Klinik oleh Patient Education Center, video edukasi tentang glaukoma dari para ahli.
JEC Podcast tentang kesadaran akan glaukoma sebagai penyakit mata kebutaan nomor dua di dunia yang tidak dapat disembuhkan, namun bisa dicegah.
Prof. DR. Dr. Widya Artini Wiyogo, SpM(K) selaku Head of Glaucoma Service, JEC Group mengatakan, “Diperkirakan pada tahun 2020, penderita glaukoma sedunia 80 juta orang, estimasi dari perkembangan grafik, pada 2040 hampir 111.8 juta penduduk yang akan menderita glaukoma,
dan 8 juta diantaranya akan mengalami kebutaan, tentu saja ini bukan angka yang sedikit.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia disebutkan bahwa prevalensi glaukoma di Indonesia diperkirakan sebesar 0,46 persen, atau setara 4-5 orang tiap 1.000 penduduk.”
“80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau di saat skrining.
Namun jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba- tiba kabur, mual, muntah, dan kesakitan hebat, masyarakat perlu waspada.
Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2 x 24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola mata, jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen.
Oleh karenanya, JEC Group terus berkomitmen untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait bahaya glaukoma dan pentingnya deteksi dini glaukoma. Sehingga, kami selalu menghimbau agar masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala," tambah Prof. DR. Dr. Widya Artini Wiyogo, SpM(K). (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR