NOVA.id - Banyak ibu takut tak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi anak secara maksimal.
Apalagi mengingat pada bulan Maret 2024, tingkat inflasi negara kita naik hingga 3,05 persen, melonjak dibandingkan akhir tahun 2023 yang hanya sebesar 2,61 persen.
Peningkatan inflasi ini berdampak pada sosial ekonomi keluarga dibuktikan dengan menurunnya daya beli pangan.
Bagi para ibu, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena selain mengatur keuangan rumah tangga mereka juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
Bagaimana tidak, harga bahan-bahan pokok seperti beras, minyak, telur dan daging ayam juga terus mengalami kenaikan.
Para ibu, di tahun 2024 ini dianjurkan untuk lebih berhemat saat berbelanja tanpa harus mengurangi kebutuhan pangan sehat untuk anak.
Ibu tentu mengerti bahwa asupan bergizi bukan hanya karbohidrat tetapi juga nutrisi yang dapat mendukung tumbuh kembang anak seperti protein, zat besi, dan nutrisi penting lainnya.
Sehingga para ibu harus memprioritaskan pemenuhan nutrisi anak untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Asal tahu saja, terdapat hubungan erat antara faktor ekonomi keluarga dengan permasalahan status gizi anak.
Idealnya, seorang anak hendaknya mendapatkan makanan bernutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein nabati dan hewani, sayur, dan buah.
Menurut peneliti Sulistiadi Dono Iskandar, M.Sc, “Kenaikan inflasi dan harga pangan telah memberikan dampak bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama keluarga dengan tingkat pendapatan rendah.
Baca Juga: 4 Cara Memilih Susu Anak yang Tepat Menurut Dokter Gizi Klinik
Akibat inflasi dan kenaikan harga, beberapa masyarakat kurang mampu terpaksa mengurangi belanja pangan karena ingin berhemat atau mungkin memilih alternatif yang kurang bernutrisi. Alhasil, anak rentan terkena stunting karena kurang gizi atau anemia karena kurang zat besi”.
“Sayangnya, karena kondisi ekonomi rendah, jangankan untuk memenuhi asupan gizi seimbang, untuk makan sehari-hari saja menjadi beban yang sulit bagi para ibu. Selain faktor sosial ekonomi keluarga, permasalahan gizi juga dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya standar kualitas makanan dan kesulitan masyarakat untuk menjangkau pangan bergizi.
Inilah mengapa kurangnya keterjangkauan pangan umumnya melatarbelakangi kondisi status gizi buruk” tambah sang peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu.
Ibu diharapkan bertindak bijak di masa sulit ini, karena kekurangan nutrisi dapat menghambat pertumbuhan optimal anak. Makanan sehat harus menjadi pilihan nomor satu.
Apalagi, menurut data Survei Kesehatan Indonesia terbaru, 1 dari 4 anak berusia dibawah 5 tahun mengalami resiko anemia.
Dr. dr. Luciana Budiati Sutanto, MS, Sp.GK mengatakan “Anak-anak Indonesia masih menghadapi tantangan kesehatan seperti anemia. Padahal, pada 5 tahun pertama kehidupannya, anak bayi harus tercukupi nutrisinya dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang lengkap nutrisi.”
Memahami hal itu, SGM Eksplor hadir mencoba keresahan para Bunda dengan memberikan harga yang lebih terjangkau namun dengan kandungan nutrisi yang maksimal.
SGM Eksplor mengandung IronCTM, yaitu kombinasi unik Zat besi dan Vitamin C, yang diklaim dapat membantu penyerapan zat besi hingga dua kali lipat, juga dilengkapi dengan DHA 100 persen dari ikan tuna yang mana lebih baik dari minyak ikan lainnya.
Nutrisi susu pertumbuhan ini tetap maksimal dan juga harganya terjangkau. Isinya diklaim tetap sama sehingga bisa mendukung ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi anak juga dengan maksimal.
“Ke depannya SGM Eksplor terus berkomitmen secara berkelanjutan untuk selalu menjadi partner orang tua Indonesia dalam memberikan dukungan nutrisi yang tepat dan berkualitas dengan harga terjangkau yang dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh menjadi generasi maju,” tutup Anggi Monika, SGM Eksplor Marketing Manager.(*)
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR