NOVA.id - Tradisi minum teh di Indonesia memiliki kekayaan dan makna yang beragam.
Terbentang dari ritual keraton hingga kebiasaan sehari-hari.
Tradisi minum teh di Indonesia bukan hanya tentang menikmati minuman, tetapi juga tentang nilai-nilai budaya dan sosial yang terkandung di dalamnya.
Namun pernahkan Sahabat NOVA terpikir tentang tangan-tangan yang merawat daun teh hingga kita nikmati sampai saat ini?
Yap, di balik rasa nikmat dan aroma yang harum dari secangkir teh, terdapat peran penting para petani teh perempuan.
Mereka adalah yang menanam, membudidaya, merawat, memetik dan memastikan teh sampai di setiap cangkir kita semua dengan kualitas rasa yang terbaik.
Ketelitian dan ketelatenan perempuan dalam memetik daun teh dengan tangan menjadi faktor penting dalam menjaga kualitas teh.
Bukannya tanpa alasan, daun teh yang dipetik dengan tepat akan menghasilkan teh dengan rasa dan aroma yang optimal.
Kemampuan perempuan dalam memilah daun teh berdasarkan usia dan kualitas ini jugalah yang berkontribusi dalam menjaga standar mutu teh.
Maka dari itu, untuk menjaga kualitas dan mengembangkan industri teh lebih besar lagi, penting untuk memberdayakan petani teh perempuan.
"Sekitar 60 sampai 70 persen pekerja dan penggerak di industri teh adalah perempuan, apabila melakukan pemberdayaan pada perempuan, nanti bentuknya berupa inovasi, panen, tanaman yang lebih baik, yang akan berkontribusi pada industri teh yang akan lebih besar," ujar Iriana Ekasari, Pendiri Asosiasi Artisan Teh Indonesia saat diwawancarai PARAPUAN dalam acara Festival Teh Nusantara di Dieng, Wonosobo (8/6/2024).
Baca Juga: Makin Diminati! Banyak Perempuan Ikut Dieng Caldera Race Tahun Ketiga
Tak sampai di situ, menurutnya pula, petani teh perempuan yang berdaya akan turut berkontribusi positif pada perekonomian keluarganya.
Karena mereka akan merasa lebih percaya diri hingga kiprahnya dalam keluarga akan menjadi lebih baik.
Pentingnya pemberdayaan petani teh perempuan tak dimaknai omong kosong belaka oleh Iriana.
Ia pun telah melakukan berbagai macam upaya untuk membantu memberdayakan para petani teh perempuan di berbagai daerah agar bisa memproduksi teh yang mutunya kualitas tertinggi.
"Terutama kepada petani perempuan yang lahannya sedikit. Karena lahannya sedikit jadi mereka cenderung tidak bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari lahannya," jelasnya lagi.
Dengan begitu, Iriana melalui Sila Agri Inovasi (2018) dan Asosiasi Artisan Teh Indonesia (2022) yang didirikannya, membantu para petani teh perempuan agar bisa memperbaiki kondisi kebunnya, kualitas pohon teh, cara memetik, hingga mengolah, untuk meningkatkan mutu teh yang juga dapat berkontribusi positif pada pendapatan mereka.
Sebagai informasi, Sila Agri Inovasi adalah perusahaan start up yang bergerak di bidang inovasi dan edukasi produk teh, rempah-rempah, dan minuman herbal buatan Indonesia.
Meski begitu, ada saja tantangan yang perlu dihadapi oleh Iriana saat memberdayakan perempuan.
"Sebagaimana kita ketahui, perempuan di pedesaan menjadi bagian daripada suatu masyarakat yang punya aturan-aturan tidak tertulis. Tentang bagaimana peran serta atau kedudukan perempuan secara sosial dan kultural," cerita Iriana.
Maka dengan begitu, ia pun harus menyesuaikan diri dengan itu semua, agar kehadiran dan upayanya memberdayakan petani teh perempuan bisa diterima oleh semua masyarakat.
Dari situlah baru akan bergulir program-program pemberdayaan, yang bukan bukan hanya bisa dimanfaatkan kepada sekelompok kecil orang, tapi juga bagian daripada lingkungan masyarakat di desa tersebut.
Baca Juga: Dorong Penguatan Ekonomi Petani Perempuan, Nukila Evanty Bentuk Komunitas Perempuan Padek di Jambi
Di sisi lain, persoalan-persoalan pribadi para petani teh perempuan juga terkadang memberikan hambatan tersendiri.
"Mereka punya masalah psikis, sosial, problem sebagai ibu atau istri. Kita juga harus bisa menjembatani supaya mereka tetap semangat untuk meneruskan apa yang kita sudah berikan kepada mereka, berupa ilmu pengetahuan atau pun skill," ujar Iriana.
Bukannya tanpa maksud, ia tidak ingin persoalan-persoalan tersebut membuat para petani teh perempuan berhenti untuk berkembang di tengah jalan.
Tak sampai di situ, tantangan lain hadir mengiringi upaya Iriana ketika ia harus bisa memasarkan produk teh hasil kerja keras para petani perempuan.
"Bagaimana kita memasarkan bahwa itu produk perempuan yang bekerja keras, untuk bisa menghasilkan sesuatu, mempertahankan ekonomi keluarga dan lingkungan, juga enggak mudah," keluh Iriana.
Ia menilai bahwa untuk mendapatkan apresiasi dari pasar akan upaya keras yang dilakukan oleh para petani teh perempuan ini membutuhkan edukasi, sosialisasi dan dukungan dari banyak pihak.
Terlepas dari berbagai macam tantangan dan hambatan yang dihadapi, Iriana berharap para petani teh perempuan tetap semangat menghadirkan mutu teh berkualitas terbaik.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR