TabloidNova.com - Setelah 24 tahun menggeluti dunia perancang mode di Indonesia, desainer senior Musa Widyatmodjo meluncurkan lini terbaru yang mengetengahkan busana pria yang berlabel sama seperti namanya.
Musa yang telah lama dikenal konsisten mengangkat kekayaaan wastra nusantara dalam sejumlah karyanya, kali ini ingin lebih menunjukkan keseriusannya untuk mempromosikan warisan budaya asli Indonesia lewat deretan busana rancangannya.
Langkah tersebut diakuinya didorong oleh semangat serta kesadaran bahwa produk mode berselera internasional berbasis budaya lokal semakin diminati masyarakat. Tak heran bila sejumlah produk mode yang mengusung kain motif daerah Indonesia, seperti tenun NTT, tenun lombok, tenun jepara atau batik sekalipun memiliki nilai jual cukup tinggi.
"Mengkomersialkan idealisme itu berat, makanya butuh banyak riset dan pengetahuan dalam membuat sepotong busana. Apalagi jika material dasarnya adalah wastra nusantara yang tidak boleh sembarangan. Saya bukan desainer etnik, tapi saya ingin dikenal sebagai desainer yang mengolah kain nusantara untuk dipakai secara global dan modern," ucapnya saat ditemui TabloidNova.com di Kedai Tjikini, Jakarta Pusat, Jumat (8/5) lalu.
Sebagai bukti dari niat seriusnya, perancang busana lulusan Drexel University, Philadelpia, Amerika Serikat, tersebut merilis 42 koleksi busana pria yang sebagian besar mengusung kombinasi berbagai kain nusantara dengan model siluet berselera modern. Sebut saja, tenun bali, NTT, lurik, serta kain batik yang menyatu apik dalam suguhan warna serasi.
Agar semakin terkesan modern, Musa memberi aksen tambahan berupa kerah yang dilapis dan diberi sulaman pada tepi, ujung lengan, serta kemeja. Makanya, karya Men's Wear Collection by Musa Widyatmodjo di panggung mode Jakarta Fashion and Food Festival 2015 mendatang tidak akan sama antara satu kemeja dengan kemeja lainnya.
"Saya mengolah material berbagai bahan wastra nusantara yang sudah saya riset selama lima tahun dan bisa saya pertanggungjawabkan, namun tetap menonjolkan garis maskulin khusus pria usia 25 sampai 50 tahun. Produk berbasis lokal itu tidak sekadar membeli kain langsung dari tangan perajin, tapi bagaimana kita mengembangkan dan mendorong mereka juga untuk dihargai khalayak," ujar Musa.
Keyakinannya ini juga diperkuat oleh pemikiran bahwa pada 2025 mendatang ekonomi Indonesia akan membaik. Saat itu merek asli Indonesia harus bisa dibeli dan dihargai oleh luar negeri, salah satunya dengan mengangkat keunikan khas tanah air pada model busana pria dan wanita dengan wastra nusantara.
Ridho Nugroho
FOTO: NOOR FASHION HOUSE/ SADIKIN GANI
KOMENTAR