TabloidNova.com - Pelajari dan pahami apa saja yang harus Anda lakukan agar si kecil tak cedera saat berolahraga, bermain, atau pun berkegiatan lain. Yang terpenting, tentu saja menjaga keselamatan si kecil. Anda tentu tahu, anak-anak yang tak mengenakan alat pengaman pada tubuhnya (protektor) akan lebih berisiko mengalami cedera.
Di Amerika, berdasarkan data American Academy of Pediatrics, tercatat sebanyak 3,5 juta anak di AS dinyatakan mengalami cedera setiap tahunnya, akibat berolahraga atau bermain tanpa alat proteksi.
Jadi, penggunaan alat proteksi pada tubuh anak sangatlah penting. Jika tidak, justru bahaya besarlah yang akan mengintai keselamatan si kecil. Namun perlu diingat pula, mengenakan alat proteksi sembarangan atau tidak tepat, juga berisiko si kecil masuk ke rumah sakit.
Nah, untuk itu para orangtua harus selalu mengingat tujuh hal berikut, agar si kecil tidak cedera saat berolahraga, atau saat asyik bermain bersama teman-teman di sekolah, lingkungan rumah, atau tempat bermain lain.
5. Si Kecil Sekadar Bersenang-senang dengan Olahraga
Masalah lain yang kerap terjadi jika si kecil sudah diarahkan untuk menekuni satu olahraga tertentu saja, maka ia akan kehilangan waktu untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.
Peneliti dari Loyola Health University System menemukan fakta, atlet berusia belia yang hanya fokus pada satu jenis latihan olah raga saja, akan lebih menderita lantaran sering mengalami cedera ketimbang anak yang lebih bebas memilih melakukan olahraga jenis apa saja.
Banyak orangtua merasa khawtir anaknya tak akan berprestasi di masa depan bila tak menekuni satu olahraga tertentu. Namun Dr. Neeru Jayanthi mengingatkan, banyak penelitian membuktikan, sejumlah altlet yang sukses di universitas, di masa kecilnya justru tak pernah dibatasi dalam memilih jenis olahraga, hingga habis batas usia anak-anaknya.
6. Si Kecil Mengonsumsi Minuman Berenergi
Gigi keropos memang bukan cedera umum dalam olah raga, seperti halnya cedera pada mata kaki. Namun bagi anak kecil yang sudah mulai mengonsumsi minuman berenergi, justru akan berpengaruh pada tingkat performa energinya di masa mendatang. Bahkan bisa mengakibatkan efek buruk pada si kecil.
Sebuah penelitian baru dalam jurnal General Dentistry ditemukan fakta, rata-rata minuman berenergi yang dikonsumsi anak-anak akan menyebabkan kerusakan gigi permanen, merusak enamel gigi, dan membuat gigi rapuh. Bahkan kerusakan pada gigi ini sudah dapat terjadi 5 hari sejak si kecil mengonsumsi minuman berenergi secara berlebihan.
Banyak orang menganggap, minuman berenergi lebih baik ketimbang minuman bersoda atau bahkan jus buah. Kenyataannya, sebanyak 62 persen remaja di AS minum setidaknya sebotol minuman berenergi dalam sehari, seperti pada hasil penelitian dalam Journal of the American Dietetic Association.
Jika anak-anak sulit meninggalkan kebiasaan minum sebotol minuman berenergi setiap hari, Jennifer Bone, DDS, juru bicara Academy of General Dentistry, menyarankan para orangtua untuk selalu mengingatkan anak-anaknya segera berkumur dengan air putih setelah minum minuman berenergi tersebut, lalu kunyah lah permen karet yang tak mengandung gula.
"Dua strategi ini (air dan permen karet) dapat memproduksi air ludah lebih banyak, yang secara alamiah dapat mengurangi tingkat kerusakan pada mulut menjadi normal," terang Jennifer.
7. Si Kecil Tidak Cukup Mendapatkan Vitamin D
Anda mungkin sudah cukup ketat dalam menyuruh si kecil minum susu setiap hari agar tulangnya kuat. Namun ternyata peneliti dari Children's Hospital Boston menunjukkan fakta lain.
Mereka meneliti anak perempuan usia 9 hingga 15 tahun untuk berpartisipasi setidaknya satu jam sehari melakukan aktivitas tinggi. Hasilnya, ternyata kalsium dari susu yang dikonsumsi setiap hari oleh anak-anak ini secara umum tak ada pengaruhnya pada kejadian cedera tulang saat berlah raga.
Namun, vitamin D lebih terlihat berpengaruh pada tingkat memperkecil risiko cedera. "Anak-anak perempuan yang memenuhi kebutuhan viitamin D sebanyak 663 IU per hari, berisiko lebih kecil untuk cedera, dibandingkan anak perempuan lain yang hanya mendapatkan vitamin D 107 IU per hari saja," kata salah satu peneliti, Kendrin Sonneville, ScD, RD.
Oleh karena itu, "Orangtua sebaiknya memperhatikan asupan vitamin D bagi anak-anak perempuan mereka. Sejumlah ahli merekomendasikan 800 hingga 1.000 IU vitamin D per hari, terutama bagi anak-anak perempuan yang memang atlet atau hobi olahraga," imbuh Kendrin.
Ada beberapa sumber alami yang dapat dikonsumsi si kecil untuk mendapatkan vitamin D, selain dari suplemen, antara lain ikan salmon, sereal, keju, atau produk turunan susu lainnya.
Intan Y. Septiani/Woman's Day
KOMENTAR