TabloidNova.com - Banyak orang masih mencari film Fifty Shades of Grey saat ini, terutama karena film ini tak beredar di bioskop Indonesia. Selain karena ketampanan pemeran Christian Grey di film tersebut, yaitu Jamie Dornan, perilaku sadomasokis juga turut menjadi perhatian.
Dalam novelnya dikisahkan bagaimana Grey selalu menggunakan alat peraga seks saat bercinta dengan Ana Steele. Ana yang polos selalu merasakan kesakitan, tetapi juga ketagihan dengan perilaku sadomasokis pria tersebut.
Sebuah studi di tahun 2013 yang pernah diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine menyampaikan bahwa para praktisi BDSM atau bondage, discipline, sadism and masochism juga memberikan efek psikologis terhadap pelakunya dibandingkan orang yang hanya melakukan aktivitas seks konvensional (atau diistilahkan sebagai vanilla sex oleh Grey). Adakah efek positif dari perilaku sadomasokis?
Studi tersebut melibatkan 902 pelaku sadomasokis dan 434 pelaku seks vanilla, yang menjawab berbagai pertanyaan tentang kepribadian mereka, gaya berhubungan dengan pasangan, dan sensitivitas terhadap penolakan. Para peneliti menemukan bahwa pelaku sadomasokis termasuk berkepribadian cuek, lebih terbuka pada hal baru, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan tidak sensitif pada penolakan. Berbeda dengan mereka yang melakukan seks biasa-biasa saja.
Salah satu fakta yang ditemukan mengungkapkan bahwa mereka yang sadomasokis lebih percaya diri untuk merealisasikan gairah dan kemampuan mereka saat di ranjang. Mereka lebih berpikiran terbuka dan mau mencoba hal-hal baru. Namun penting diketahui sebelum melakukan aktivitas sadomasokis masing-masing pasangan punya kesiapan mental.
"Menurut saya penting untuk membedakan nikmatnya sadomasokis dan bagaimana efek psikologis yang timbul karenanya, dan perlunya kesiapan sebelum melakukannya," ujar Rachel Kramer Bussel, editor Best Bondage Erotica 2015.
Sedangkan Shanna Germain, penulis buku As Kinky As You Wanna Be: Your Guide to Safe, Sane and Smart BDSM, menambahkan bahwa di satu sisi ada efek positif dari perilaku sadomasokis, yakni mengurangi stres. Karena, aktivitas ini meningkatkan kadar endorfin, yang menimbulkan sensasi dan eforia tersendiri.
Namun, efek positif ini hanya bisa dicapai jika kedua belah pihak sama-sama siap saat melakukannya. Sebaliknya, perilaku sadomasokis bisa menimbulkan hal buruk dan trauma jika tidak siap melakukannya, baik kesiapan tubuh maupun mental. Atau, jika salah satu pihak sebenarnya menolak gaya bercinta ini.
Persiapan yang dimaksud Germain adalah pengetahuan yang cukup, komunikasi antarpasangan dan negosiasi. Semakin dalam pengetahuan dan komunikasi ini, akan menjadi lebih baik. Siapa yang mendominasi dan siapa yang didominasi harus jelas. Tak mungkin bila kedua belah pihak sama-sama ingin mendominasi, bukan?
"Harus benar-benar siap dan merasa lepas tanpa ada rasa was-was dan cemas. Oleh karenanya pengetahuan dan tindakan setelah melakukannya juga penting," tambah Germain.
Studi ini juga menemukan bahwa aktivitas sadomasokis bisa jadi menyenangkan, walaupun kelihatannya sadis dan cenderung terlihat seperti psikopat. Namun kembali lagi pada pasangan dan kesiapan masing-masing. Jika bukan tipe yang nyaman dengan sadomasokis, Anda tidak perlu melakukannya.
Rahman Indra/Refinery29
KOMENTAR