TabloidNova.com - Seorang anak yang mampu memetakan potensi unggulnya, 90 persen akan berhasil mewujudkan mimpi dan cita-citanya di masa mendatang, demikian menurut pengamat parenting yang akrab disapa Ayah Edy.
Akan tetapi, ada pula anak-anak yang tidak dapat mewujudkan mimpi dan cita-citanya. Menurut Ayah Eddy, orangtua adalah faktor utama penyebab anak gagal meraih mimpi dan cita-citanya.
"Kegagalan anak dalam meraih mimpi dan cita-cita biasanya justru berpusat pada orangtua. Sebab, kebanyakan orangtua masih berpikir konservatif bahwa sekolah formal adalah nomor satu dan menjadi satu-satunya cara untuk meraih sukses, sesuai kaca mata orangtuanya," jelas Edy.
Berdasarkan pengalamannya membimbing anak-anak yang memiliki potensi unggul luar biasa, Edy mengatakan, sebanyak 80 persen anak berhasil mewujudkan mimpi dan cita-cita mereka.
"Namun ada juga yang gagal, sebanyak 20 persen. Mengapa gagal? Karena orangtua lah yang menjadi penghambat anak meraih mimpi dan cita-cita mereka," ujar Edy.
Edy kemudian memaparkan sejumlah fakta mengapa orangtua kerap menjadi faktor utama penyebab anak gagal meraih cita-citanya:
Orangtua tidak merasa ikhlas dengan pilihan cita-cita si anak, sehingga cenderung melarang anak menggeluti apa yang menjadi minat terbesarnya, yang justru merupakan potensi unggulnya. Orangtua kerap menganggap mimpi dan cita-cita anak tidak bisa menjadi profesi yang layak dan menghidupi si anak di masa mendatang. "Banyak orangtua merasa gengsi ketika tahu cita-cita si anak sangat jauh dari harapan orangtuanya. Biasanya, ini terjadi pada keluarga yang sangat berada." Orangtua mengiyakan apa yang jadi cita-cita anak, namun pada kenyataannya tidak konsisten terhadap pernyataannya. "Tidak konsistennya orangtua ini ditunjukkan dengan tidak mendukung apa yang diinginkan anak. Sebaliknya, jika orangtua konsisten dengan ucapannya, yakin anak akan mampu meraih cita-citanya." Sikap orangtua yang cenderung otoriter. "Orangtua seperti ini akan cenderung memaksakan kehendak kepada anaknya. Sehingga si anak tidak memiliki pilihan atas masa depannya sendiri. Menurut orangtua jenis ini, sukses adalah dengan nilai akademik yang sempurna." Mayoritas orangtua tidak memiliki nyali untuk mengambil keputusan pasti dalam mendukung cita-cita anaknya. "Apalagi jika si anak memiliki cita-cita di luar kebiasaan anak pada umumnya. Biasanya, orangtua yang berprofesi sebagai karyawan atau bekerja di perusahaan orang lain cenderung tak punya nyali, sementara orangtua yang berwisausaha justru lebih punya nyali untuk mendukung keputusan anak-anak mereka." Faktor finansial (pengelolaan keuangan dalam keluarga). "Masih banyak orangtua Indonesia yang tidak merencanakan dengan matang biaya pendidikan bagi anak-anak mereka. Padahal, dengan mempersiapkan biaya pendidikan anak sejak dini, masa depan gemilang anak akan lebih mudah diraih. Salah satunya, dengan berinvestasi, orangtua dapat merencanakan anak untuk bersekolah ke luar negeri."
Orangtua tidak merasa ikhlas dengan pilihan cita-cita si anak, sehingga cenderung melarang anak menggeluti apa yang menjadi minat terbesarnya, yang justru merupakan potensi unggulnya.
Orangtua kerap menganggap mimpi dan cita-cita anak tidak bisa menjadi profesi yang layak dan menghidupi si anak di masa mendatang. "Banyak orangtua merasa gengsi ketika tahu cita-cita si anak sangat jauh dari harapan orangtuanya. Biasanya, ini terjadi pada keluarga yang sangat berada."
Orangtua mengiyakan apa yang jadi cita-cita anak, namun pada kenyataannya tidak konsisten terhadap pernyataannya. "Tidak konsistennya orangtua ini ditunjukkan dengan tidak mendukung apa yang diinginkan anak. Sebaliknya, jika orangtua konsisten dengan ucapannya, yakin anak akan mampu meraih cita-citanya."
Sikap orangtua yang cenderung otoriter. "Orangtua seperti ini akan cenderung memaksakan kehendak kepada anaknya. Sehingga si anak tidak memiliki pilihan atas masa depannya sendiri. Menurut orangtua jenis ini, sukses adalah dengan nilai akademik yang sempurna."
Mayoritas orangtua tidak memiliki nyali untuk mengambil keputusan pasti dalam mendukung cita-cita anaknya. "Apalagi jika si anak memiliki cita-cita di luar kebiasaan anak pada umumnya. Biasanya, orangtua yang berprofesi sebagai karyawan atau bekerja di perusahaan orang lain cenderung tak punya nyali, sementara orangtua yang berwisausaha justru lebih punya nyali untuk mendukung keputusan anak-anak mereka."
Faktor finansial (pengelolaan keuangan dalam keluarga). "Masih banyak orangtua Indonesia yang tidak merencanakan dengan matang biaya pendidikan bagi anak-anak mereka. Padahal, dengan mempersiapkan biaya pendidikan anak sejak dini, masa depan gemilang anak akan lebih mudah diraih. Salah satunya, dengan berinvestasi, orangtua dapat merencanakan anak untuk bersekolah ke luar negeri."
Intan Y. Septiani
KOMENTAR