TabloidNova.com - Dua tahun belakangan, keindahan tenun asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Jepara, dan sejumlah daerah lainnya berhasil merebut hati masyarakat Indonesia. Ya, harus diakui gencarnya aksi nyata berbagai institusi pemerintah, lembaga, dan asosiasi independen dalam mempromosikan wastra khas Nusantara kian terlihat hasilnya.
Crafina 2014 yang diadakan di Hall A dan Hall B, Balai Sidang Jakarta Convention Center, mulai 26-30 November 2014 menjadi pembuktian besarnya peluang bisnis yang dimiliki oleh industri kreatif kecil dan menengah untuk kerajinan tangan asal Indonesia sekarang ini.
Jika tenun Bugis Pagatan asal Kalimantan Selatan dan Sambas sudah banyak dieksplorasi, kini giliran kemewahan sulaman motif khas Kalimantan Timur yang mengundang decak kagum. Khususnya ketika melihat hasil kreasi Fanti W.N di bawah label Hesandra.
Koleksi milik wanita kelahiran Kutai ini begitu menarik perhatian berkat ragam model atasan seperti cropped jacket, bolero, dan cape yang disulam (bordir) menyerupai motif khas daerah-daerah di Kalimantan Timur yang menawarkan permainan kontras warna solid.
Tingkat kesulitan penerapan motif, material bahan, dan waktu pengerjaan diakui wanita yang lama berdomisili di Samarinda ini sebagai faktor terbesar tingginya harga jual produknya. Fanti memberikan kisaran harga antara Rp 700.000 hingga Rp 5.000.000 untuk satu potong busana.
"Membuat motif khas Kalimantan Timur bukan hal sembarangan karena butuh observasi mendalam terkait pakem tradisi. Kebetulan di sana, orang hanya mengenakan kain aslinya tanpa dibentuk menjadi busana sehingga saya menganggap ini sebagai peluang bisnis, sekaligus misi saya melestarikan motif asli Indonesia," ungkap Fanti yang merintis usaha sejak tahun 2008.
Ia mengawali lini Hesandra hanya dari satu pegawai yang mengerjakan semua proses produksi, hingga kini memiliki 30 pegawai. Lebih dari itu, Hesandra patut diapresiasi berkat aksinya menghadirkan kemewahan motif Kalimantan Timur yang mungkin sempat dilupakan sebagian masyarakat Indonesia.
Ridho Nugroho
Foto-foto : Agus Dwianto/NOVA
KOMENTAR