TabloidNova.com - Sepatutnya sebuah warisan wastra Nusantara terus dilestarikan dan diolah tanpa mengurangi sedikit pun nilai filosofi yang terkandung di dalamnya. Butuh waktu sangat panjang untuk mengenal dan memahami kekayaan motif wastra Nusantara seperti yang terlihat pada batik, aneka tenun, songket dan ulos Indonesia.
Salah kaprah kerap terjadi bagi masyarakat Indonesia yang memang sekarang ini lebih sering disuguhkan produksi massal dari industri manufaktur sehingga tidak memahami fungsi dan histori di balik pembuatan sebuah motif yang tertera pada busana batik, tenun, atau jenis lain yang Anda kenakan sekarang.
"Banyak orang berpikir motif lawasan itu adalah motif batik tradisional kuno, nyatanya tidak. Lawas itu maksudnya lawas atau batik lama yang sudah pernah digunakan atau tangan kedua. Tidak masalah berapa kali batik tersebut digunakan, asal pernah dipakai maka bisa disebut batik lawas," jelas Gina Sutono yang sudah sekitar 7 tahun menggeluti usaha Batik Tembayat Warna Alam miliknya.
Pendapat senada juga diutarakan oleh R. Florentini yang terjun ke bisnis batik pewarna alami lewat lini Flo Natural Dyes saat ditemui oleh TabloidNova.com di Crafina 2014, Jakarta Convention Center, Rabu (26/11).
Flo yang nampak sangat mencintai kain asal kota kelahirannya, Jogja, berujar bahwa batik memang sarat akan nilai sejarah. "Nenek moyang kita membuat satu motif batik saja dalam waktu yang sangat lama dengan pemikiran matang, ini menandakan bahwa nenek moyang kita memang sangat teliti dan cermat," demikian menurut Florentini.
Tak heran, motif batik sejak dulu menentukan status sosial seseorang, serta masing-masing memiliki penggunaan dan tujuannya sendiri. Misalnya untuk pernikahan, pakaian para raja dan bangsawan, pemakaman, dan lain sebagainya.
Sama halnya akan motif khas Kalimantan Timur yang begitu kaya akan rupa dan warna. Suku Dayak boleh jadi mungkin berperan besar pada penetapan pakem tradisi motif yang tidak boleh diaplikasikan sembarangan, seperti yang diceritakan oleh Fanti W.N dari lini Hesandra, khusus koleksi Kalimantan Timur.
Kesalahan ternyata terletak pada penempatan motif ketopong atau mahkota raja yang diaplikasikan pada bawahan celana yang menurut tradisi sangat dilarang, sehingga harus dipahami betul aturan adat dan kebudayaan yang memang berlaku.
Aneka motif Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Timur memiliki banyak daerah yang terbagi atas kabupaten yang masing-masing juga diperkaya motif khasnya sendiri. Jika dicermati, motif tersebut juga mengandung makna dan ukiran indah.
Seperti halnya, Kabupaten Braw yang terkenal akan motif Penyu. Lalu ada motif Ayam Nyayap khas Kabupaten Kutai Barat. Motif Lundayah menjadi yang paling khas dari Kabupaten Malinau, motif Lembuswana dari Kutai Kartanegara, motif khas dayak pada yang berupa enggang atau burung, serta motif Ashoki dari kabupaten Mahakam Ulu.
Ridho Nugroho
Foto-foto : Agus Dwianto/NOVA
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR