Pencahayaan (lighting) memegang peran penting dalam desain rumah. Selain mempercantik, pencahayaan yang tepat juga akan memengaruhi kualitas hidup penghuni rumah. Hal ini dikatakan Teuku Rinaldi, ST.HTII. "Aspek yang ingin dicapai dalam mendesain lighting sebuah hunian adalah menciptakan ambience atau suasana," ujar Senior Lighting Designer dari Hadiprana Design Consultant ini.
Oleh karena itu, tata pencahayaan sebaiknya direncanakan di awal. "Kebanyakan rumah memosisikan bujet lighting di posisi terakhir. Padahal, sejak awal harusnya tahu, sehingga lighting yang dihasilkan pun sesuai dan tepat," saran Aldi, sapaan akrab Teuku Rinaldi.
Apalagi setiap orang pasti ingin betah di rumah. "Sepulang dari kantor ingin tubuh merasa nyaman, relaks, tenang, dan bisa istirahat. Jangan sampai begitu masuk rumah jadi emosional, tidak nyaman, dan tidak merasa relaks gara-gara pencahayaan yang tidak tepat," urai Aldi.
Buat Malam Hari
Sumber pencahayaan terbaik berasal dari cahaya matahari. Namun, pada malam hari tentu dibutuhkan pencahayaan ideal demi tercipta suasana yang nyaman. "Kehidupan tidak cuma berlangsung di siang hari. Orang justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga pada malam hari di rumah," kata Aldi.
Pada siang hari, orang keluar rumah untuk bekerja, bersekolah, atau beraktivitas lain. Sementara pada malam hari, mereka berkumpul. "Inilah waktu yang sangat berharga, sehingga pencahayaan harus didesain dengan baik supaya kehidupan keluarga bisa berkualitas," jelasnya.
Beda di Tiap Ruang
Dalam mendesain lighting rumah hunian yang tepat, kemauan Si Pemilik rumah harus diperhitungkan. Sebut saja, jumlah anggota keluarga dan aktivitasnya serta fungsi rumah yang diinginkan. Sayangnya, kebanyakan pencahayaan rumah sangat simpel sebab satu atau dua buah lampu dianggap cukup untuk satu ruangan.
Alhasil, ambience rumah tidak lebih baik sebab lighting yang baik harus disesuaikan kebutuhan ruang. Pencahayaan dapur, misalnya, harus bisa membuat penghuni mampu membedakan makanan yang masih baik dan tidak layak makan. "Kadang, penempatan dan pemilihan jenis lampu justru membuat beberapa jenis makanan terlihat masih bagus, padahal sebetulnya sudah rusak," jelas Aldi.
Lighting di ruang makan, lanjut Aldi, harus mendukung color rendering index (CRI), sehingga warna makanan yang disajikan akan sesuai dan mampu menggugah selera makan. "CRI adalah cahaya yang tidak mendistorsi atau mengubah warna. Sebagai contoh, cahaya lampu halogen atau cahaya matahari memiliki CRI 100%."
Contoh lain adalah kamar tidur. "Sebaiknya tidak memasang lampu persis di atas mata, karena akan membuat mata tidak nyaman." Menempatkan lampu di depan teve juga tidak disarankan sebab malah membuat gambar di teve tidak terlihat. Ruang tamu lain lagi.
Ruangan ini lebih baik diberi cahaya yang tidak terlalu banyak karena hanya sesekali digunakan. "Tapi, di ruang keluarga atau ruang belajar, lampu atau pencahayaan harus cukup dan didesain dengan baik."
Bak Investasi
Pemilihan material lighting seperti lampu juga mesti dipertimbangkan. Salah satu pilihan terbaik adalah menggunakan lampu LED (light emitting diode). Selain lebih hemat, teknologi LED tidak menyebabkan panas, tahan lama, dan mudah diganti. "Kekurangannya, CRI lebih rendah daripada halogen dan harga yang masih terbilang mahal dibandingkan lampu konvensional."
Di atas semuanya, pemilihan lampu tetap harus mengutamakan aspek keamanan. "Jangan sampai hanya karena ingin berhemat, lalu memasang lampu ala kadarnya. Misal, bagian teras atau halaman minim penerangan sehingga tidak terlihat ketika ada orang asing masuk ke rumah," jelas Aldi.
Anggaplah bujet tata cahaya sebagai investasi jangka panjang. "Mahal di awal, tetapi untuk jangka panjang bisa berhemat, karena pemakaian AC menjadi berkurang. Atau, lighting yang baik akan mencegah anak-anak memakai kacamata gara-gara penerangan yang kurang," pungkas Aldi.
Hasto Prianggoro
KOMENTAR