Saya juga selalu melihat jumlah wisudawan, lengkap dengan jumlah wisudawan pada wisuda susulan di bulan berikutnya. Nah setelah itu saya langsung jadwalkan pembuatannya dan menargetkan jumlah boneka. Biasanya saya hanya membuat setengah dari jumlah wisuda yang telah saya data. Jadi, sebetulnya saya enggak ngoyo juga karena memang enggak semua ngeh ada Bonda. Meski begitu, biasanya jumlah boneka wisuda buatan kami semuanya ludes, he he he.
Berapa modal awal yang Anda keluarkan?
Enaknya bisnis boneka wisuda ini modalnya tidak terlalu besar. Untuk satu ukuran boneka wisuda 20x20 paling menghabiskan flanel seharga 16 ribu hingga 18 ribu saja. Sedangkan keuntungan yang bisa didapat dalam setiap agenda wisuda bisa jutaan. Akan tetapi, yang juga dibutuhkan untuk membuat boneka wisuda yang bagus dan berkualitas ya keterampilan menjahit.
Kabarnya Anda memberdayakan perempuan lewat Bonda. Bagaimana ceritanya?
Ya, awalnya waktu itu saya diundang oleh beberapa lembaga nirlaba yang mengajak saya untuk berkegiatan sosial. Saya pikir punya keahlian membuat boneka wisuda. Kenapa tidak saya berbagi ilmu. Lama-lama saya banyak juga diminta mengajar di beberapa daerah. Tidak hanya di Solo, tapi juga di Semarang, Cilacap, Purbalingga, Purwokerto sampai Kediri. Saya juga sempat kerjasama dengan ibu-ibu dari Rumah Zakat.
Nah, ibu-ibu yang sudah saya berikan workshop pun akhirnya juga bisa menerima order dan bisa berbagi keuntungan bersama. Keberadaan mereka juga membuat distribusi semakin mudah. Misalnya, jadwal agenda wisuda untuk universitas di seluruh Semarang, ya, dikerjakan ibu-ibu di sana. Kan tidak perlu ongkos kirim. Begitu pula di kota-kota lainnya. Meski masih kontinyu untuk pasar di Pulau Jawa, saya juga mendapat pesanan dari luar kota. Beberapa waktu lalu, saya baru mendapatkan pesanan dari salah satu universitas di Sumatera Utara. Mereka pesan dalam jumlah besar. Katanya, sih, mau dijual lagi lewat koperasinya.
Di mana pemasaran terjauh?
Alhamdulillah, Bonda itu sudah dipesan untuk seluruh universitas yang ada di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan. Ada juga pesanan yang datang dari negeri tetangga. Malaysia dan Singapura kerap pesan dan semakin lama sepertinya order terus bertambah. Satu lagi Hongkong. Waktu itu, ada permintaan khusus yang meminta boneka dengan pakaian chinnese. Wah, seru juga. Selain membuat detail yang berbeda itu menjadi tantangan juga buat saya untuk terus kreatif dengan hasil yang baik.
Bagaimana bila ingin bergabung membuat Bonda?
Kebetulan sejak saya menikah Januari 2014 lalu, dan sekarang lagi hamil empat bulan, saya memang sudah tidak aktif untuk memberikan workshop seperti dulu. Tapi pintu rumah saya selalu terbuka untuk mengajarkan ibu-ibu yang berminat untuk belajar membuat boneka wisuda.
Saya baru saja pindahan. Baru satu minggu di Purwokerto saja, ibu-ibu di sekeliling rumah sudah banyak yang datang untuk belajar. Paling saya belanja bahan lebih banyak dan komplet. Jadi, semua bahan ada dan mereka bisa langsung praktik. Oh ya, saya ingat dulu ketika masih kuliah di Solo, bahkan ada yang datang jauh-jauh dari Malaysia khusus datang cari penginapan terdekat dengan kos saya. Ia belajar membuat boneka wisuda. Saya tentu dengan senang hati akan membagikan ilmunya, gratis.
Apa tantangan yang Anda hadapi dalam berbisnis boneka wisuda?
Walaupun bisnis ini terlihat biasa saja namun sama seperti bisnis lainnya tentu memiliki kendala dan tantangan. Apalagi berhubungan langsung dengan jasa. Banyak permintaan custom yang kadang penuh dengan detail. Contohnya saya pernah membuat boneka pengantin Jawa yang memakai basahan. Wah, detailnya ribet banget, dari bunga dan segala macem. Saya pun makin semangat untuk membuktikan kreativitas.
Saya juga selalu berusaha berkoordinasi dengan baik terhadap semua ibu-ibu perajin boneka wisuda yang tersebar. Saya juga berusaha agar customer puas dengan pesanan. Saya benar-benar menjaga kualitas karena ini, kan, produk handmade. Saya pun selalu memberikan semangat kepada ibu-ibu perajin, agar mereka mengerjakannya dengan sentuhan hati yang bahagia.
Apa saja inovasinya?
Ada satu Bonda yang dibuat khusus untuk daerah Kediri. Bentuknya bukan orang tapi beruang. Kenapa? Mereka ingin berbeda dari kota-kota yang lain. Ternyata dengan Bonda beruang, responsnya juga bagus. Banyak orang yang menyukainya.
Selanjutnya, saya juga membuatkan boneka pasangan, boneka pengantin untuk merchandise, macam-macamlah hasilnya. Semua pesanan custom itu biasanya memang unik-unik. Standarnya, ya, tetap boneka wisuda yang menggunakan atribut toga dan jas wisuda.
Pengalaman tak terlupakan?
Saya pertama kali buka stand di kampus dan menjualnya sendirian. Saya mesti datang lebih pagi untuk mapping area. Ternyata jual di lapak itu, kebanyakan pembelinya orangtua murid. Jadi, banyak tawar menawar. Hasilnya harga lebih murah. Senangnya, sih, enggak ada saingan. Akhirnya, semuanya laku.
Bagaimana dukungan keluarga?
Alhamdulillah suami saya sangat mendukung saya bekerja dari rumah, he he he. Bahkan dia juga membantu saya untuk membuat boks yang lucu untuk Bonda. Kalau orangtua, bapak saya Suprapto dan ibu saya Marheni sejak awal mendukung karena, kan, saya mulai bisnis ini dari kuliah. Jadi mereka bangga ketika saya bisa mencari uang sejak muda.
Setelah saya lulus, seperti umumnya orangtua, mereka ingin saya kerja kantoran. Untungnya, mereka sangat demokratis. Setelah melihat hasil yang sudah saya berikan mereka pun support. Orangtua yang tinggal di Bekasi, bahkan mengumpulkan ibu-ibu di sekitar rumah. Saya segera saja mengajar mereka. Sekarang, ibu-ibu di sana sudah mahir. Nanti kalau ada pesanan dari Jakarta dan sekitarnya, biar mereka yang mengerjakan.
Rencana yang akan diwujudkan?
Saya sih kepikiran ingin punya galeri yang bisa memajang semua kreativitas Bonda. Tapi, untuk sementara waktu tampaknya belum terwujud. Saya sempat mencari tempat di Semarang, tapi belum sreg. Sampai sekarang masih nyari-nyari juga. Tapi itu semua sudah masuk dalam plan saya kok. Saya juga nanti maunya buat workshop lagi, ke beberapa daerah, bertemu dengan ibu-ibu dan berbagi ilmu.
Saya berharap semoga bisnis ini akan terus maju dan berkembang. Tak hanya bisa membahagiakan keluarga, saya juga bisa membagikan kebahagian kepada ibu-ibu perajin.
Swita A. Hapsari
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR