Sejak kapan menekuni olahraga balap sepeda BMX ini?
Saya mengawalinya sejak empat tahun lalu, tepatnya tahun 2008, ketika masih SMP. Awalnya cuma iseng-iseng saja, ketika saya ikut Om saya, Sugeng Trihartono, mantan pembalap sepeda nasional BMX yang kini jadi pelatih. Sambil menungguinya melatih saya iseng-iseng main-main sepeda BMX.
Rupanya, ketika saya asyik menjajal sepeda-sepada itu ada rasa keinginan untuk mengulanginya. Sejak saat itu setiap hari saya malah pengin berlatih terus di arena. Selain Om Sugeng, Om saya yang lain, Mohamad Handik, seorang pembalap sepeda nasional juga, tapi bukan BMX. Jadi latar belakang saya memang dari kalangan olahrgawan sepeda. Sementara di lingkungan keluarga inti, hanya saya yang jadi atlet sepeda. Kedua kakak kandung saya yang lainnya tidak.
Kemudian?
Melihat saya punya minat menekuni balap BMX, orangtua saya, Bambang Irianto (44) dan Eny Khusnul Chotimah (43), mendukung, mengingat selama ini kedua orangtua saya juga aktif sebagai official setiap ada acara kejuaraan sepeda di Malang. Sebagai bentuk dukungan mereka, tak lama setelah itu saya diikutkan dalam kejuaraan sepeda BMX. Alhamdulillah di lomba pertama itu saya berhasil jadi juara 2.
Wah, makin terpacu, dong?
Betul sekali. Kemenangan pertama itu membuat saya makin bersamangat berlatih. Tanpa ada yang menyuruh, tiap pulang sekolah saya selalu rajin datang ke arena latihan. Sejak kemenangan pertama itu pula, saya jadi aktif ikut kejuaraan-kejuaraan lain di berbagai daerah, termasuk yang tingkat nasional. Dan selalu jadi pemenang. Karena selalu berada di peringkat atas terus, oleh KONI Jatim saya kemudian dikirim ke luar negeri untuk memperdalam teknik balap BMX.
Ke mana?
Awal tahun 2011 lalu saya dikirim ke Switzerland selama tiga bulan bersama Tony Syarifudin dari Malang, dan Atmadi Puguh dari DKI. Switzerland merupakan negara yang jadi pusat olahraga sepeda dunia. Banyak sekali yang menarik di sana. Belajar balap di sana merupakan satu pengalaman berharga yang tidak akan saya lupakan.
Karena Switzerland merupakan parameternya olahraga sepeda dunia, jadi berlatihnya memang benar-benar berkualitas dan sangat profesional. Saya dilatih oleh Thomas Alier, mantan juara dunia BMX, sehingga ilmu yang diberikannya benar-benar sangat bermanfaat. Tak hanya teknik berlaga di arena saja, sampai asupan apa yang harus dikonsumsi seorang pembalap hingga soal psikologi bertanding pun semua diajarkan. Belum lagi bagaimana pentingnya mengatur waktu saat berlatih.
Jadwal latihannya ketat, ya?
Pastilah. Setelah bangun tidur dan makan sarapan pagi di hotel, saya bersama teman satu tim dari Indonesia, Tony dan Atmadi, sudah harus nggowes menuju lokasi latihan yang jaraknya sekitar 5 km. Setelah melakukan pemanasan, langsung latihan di arena sampai siang. Setelah istirahat makan siang, sekitar pukul 14.00-an dilanjutkan lagi latihan sampai sore, dan kembali nggowes lagi ke hotel, demikian seterusnya. Kecuali hari Minggu, seharian full untuk istirahat atau bermain. Senin pagi sudah harus kembali latihan rutin tanpa boleh telat semenit pun.
Tapi selama 3 bulan di sana, saya cuma bisa menjalani 1,5 bulan pertama saja, selebihnya saya terpaksa terbaring di rumah sakit. Karena saya mengalami cedera, bagian lutut kanan retak gara-gara jatuh dan harus di operasi. Tapi saya bersyukur pada tanggal 1 April oleh KONI Jatim saya bisa diberangkat lagi ke sana bersama Tony, untuk mendapat pelatihan selama dua bulan lamanya.
Cedera, tidak masalah?
Enggak apa-apa. Kalau cuma patah tulang apalagi cuma terkilir, di dunia balap BMX itu sudah biasa.
Omong-omong, kenapa pilih balap sepeda BMX?
Kebetulan saya memang suka olahraga ekstrem, yang biasa digeluti oleh cowok. Kalau balap sepeda biasa kan rutenya lurus-lurus saja, paling cuma tanjakan atau menurun. Tapi kalau bawa BMX kan arenanya lebih liar, terjal, dan ada jumping segala. Jadi selain lebih menantang juga mengasyikkan.
Selain balap sepeda, hobi lainnya apa?
Di sela-sela latihan saya mengisi waktu dengan main Play Station dan games lain. Selain itu saya juga suka sekali dengerin musik, apalagi kalau menjelang bertanding. Mendengarkan musik adalah cara paling jitu untuk menghindari grogi sebelum bertemu lawan.
Tak punya kegiatan yang "berbau" perempuan?
Pasti ada. Biar bagaimana pun saya kan tetap perempuan. Jadi meski hobi dan olahraga saya kental dengan nuansa maskulin, tapi saya tetap memiliki kebiasaan seperti anak gadis pada umumnya. Salah satunya, ya ke salon, untuk facial atau menata rambut.
Prestasi Anda saat ini bagaimana?
Untuk tingkat nasional, saya menduduki peringkat pertama. Di Sea Games beberapa waktu lalu saya meraih medali emas, di pertengahan tahun 2011 lalu saya juga juara pertama di Thailand Open. Saat ini juga saya masuk dalam urutan ke-4 Asia untuk pembalap BMX wanita.
Siapa pembalap idola Anda?
Saya mengidoalakan Maris Stromberg dari Latvia .
Oh ya, apakah kegiatan balap ini tak menggangu sekolah?
Soal waktu memang jadi persoalan bagi saya. Saat ini saya sebenarnya masih tercatat sebagai siswa kelas 2 SMK Negeri 9 Malang. Tapi saya akui belakangan ini agak kurang lancar sekolahnya, mengingat saya harus bolak-balik masuk training center (TC) untuk menghadapi berbagai kejuaraan. Tapi nanti kalau sudah normal jadwal latihan dan kejuaraannya, saya akan aktif sekolah lagi. Karena bagi saya, biar bagaimana pun pendidikan formal tetap penting untuk masa depan.
Gandhi Wasono M
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR