TabloidNova.com - Membesarkan anak yang sudah mulai remaja saat ini dua kali lipat susahnya dibandingkan dulu. Maklum saja, akses teknologi digital atau internet sudah begitu gencarnya, sehingga anak dengan mudah mendapatkan hal-hal positif maupun negatif dari dunia maya.
"Orangtua zaman sekarang enggak bisa bersikap seperti orangtua zaman dulu yang lebih banyak menyuruh daripada bertanya. Jadi enggak bisa lagi orangtua zaman sekarang hanya minta anaknya, 'Ayo, belajar!' atau 'Sudah shalat atau belum?' Wah, anak sekarang enggak mempan lagi (dengan permintaan seperti itu)," papar psikolog Tika Bisono, saat bincang-bincang bersama Pernod Ricard Indonesia di Pacific Place, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Orangtua zaman sekarang, lanjut Tika, mau tak mau harus mengimbangi diri dengan tren yang diikuti si anak. Misalnya, dengan lebih aktif masuk ke dunia remaja masa kini. "Bahasa zaman sekarangnya, harus kepo sama anak sendiri. Tapi dilakukan dengan cara yang cair, tidak memaksa. Supaya anak merasa nyaman saat mengobrol dengan orangtuanya," saran Tika.
Dengan pendekatan seperti ini, anak tentu akan lebih terbuka dengan orangtuanya. Termasuk terbuka untuk berbicara soal pacar, pergaulan, pengaruh narkoba, juga seks. Menurut Tika, sudah tak zaman lagi orangtua masa kini segan bicara soal seks dengan anak remajanya.
Oleh karena itu, ada baiknya orangtua ikut memelajari teknologi digital atau smartphone yang sudah menjadi "makanan" anak sehari-hari. Jangan segan mengikuti bahasa-bahasa yang sedang tren digunakan oleh remaja. "Kalau bisa, ikuti juga media sosial yang diikuti anak. Jadilah follower anak supaya kita tahu dengan siapa saja dia bergaul di dunia maya," paparnya.
Peran guru di sekolah juga sangat besar bagi perkembangan anak-anak remaja masa kini. Ia pernah menyelidiki, bahwa anak-anak SMP dan SMA biasa menitipkan sebotol minuman beralkohol di warung sekolah. Sepulang sekolah, mereka mampir ke warung untuk mengambil botol minuman itu, kemudian dikonsumsi bersama teman-temannya. Menurut Tika, hal ini sangat meresahkan.
"Saya tanya ke pemilik warung, kenapa enggak dibuang saja minuman itu. Katanya enggak enak, karena sudah dibayar oleh si anak. Waduh, kan, repot. Makanya, saya sarankan kepada guru untuk sering-sering bertanya ke warung di sekitar sekolah," ujarnya.
Selain itu, ia juga menghimbau para pemilik toko atau mini market untuk lebih ketat dalam mengedarkan minuman beralkohol, agar anak di bawah umur tidak mudah mengaksesnya. Selain itu, pemilik toko harus berani melarang jika ada anak di bawah umur berniat membeli minuman beralkohol.
Intan Y. Septiani
KOMENTAR