Banyak ibu menyusui bertanya-tanya, apakah masih bisa tetap menyusui berpuasa? Lalu bila menyusui, apakah bayi bisa mendapatkan nutrisi yang cukup? Apakah menyusui di bulan puasa aman? Nah, karena ragu, akhirnya si ibu memilih tak berpuasa.
Padahal, seperti diutarakan dr. Utami S. Roesli, DSA, MBA, tak ada alasan bagi ibu menyusui yang mau berpuasa lalu menjadi tak menyusui. Karena ini menyangkut hak bayi, terutama bayi baru lahir hingga usia 6 bulan. "Bayi-bayi usia sekitar itu, makanannya hanya dari susu. Jadi, ibu menyusui tak punya pilihan lain, harus tetap memberi ASI," tegas dokter spesialis anak dari RS Sint. Carolus ini.
Lain halnya bila ibu menyusui tak berpuasa dengan alasan menyusui, barulah dapat dibenarkan. "Dalam agama sendiri dikatakan, ibu menyusui bebas memilih, boleh berpuasa dan boleh tidak," ujar Utami. Itu berarti ibu menyusui tak dilarang untuk berpuasa. Iya, kan?
EKSTRA KALORI
Dari dunia kedokteran sendiri, lanjut Utami, tak ada masalah bagi ibu menyusui untuk tetap menjalankan ibadah puasa. Karena sebenarnya ketika berpuasa, ibu menyusui hanya mengubah jadwal makannya. "Kita, kan, enggak berpuasa seharian penuh. Jadi, tak ada masalah bila ibu menyusui ingin berpuasa."
Hanya saja Utami menganjurkan agar ibu menyusui yang berpuasa untuk banyak minum. "Ketika sahur dan berbuka puasa, ibu menyusui sebaiknya banyak-banyak memasukan cairan ke dalam tubuh." Selain itu, selang waktu dari berbuka puasa dan sahur, ibu menyusui juga harus tetap banyak mengkonsumsi minuman. "Akan lebih baik bila ibu menyusui mau minum minuman yang ditambah gula karena bisa menambah kalori." Jadi, daripada minum teh tawar, misalnya, sebaiknya minumlah teh manis.
Kalori, terang Utami, sangat penting untuk ibu menyusui. "Ibu menyusui harus menambah 280-300 kalori setiap harinya." Hal ini bisa diperoleh hanya dengan makanan pembuka saja saat berbuka puasa. Misalnya, semangkuk kolak pisang atau segelas es cendol. "Saya sudah menanyakan kepada ahli gizi, ternyata semangkuk kolak pisang atau segelas cendol memiliki 280-300 kalori." Jadi, pada prinsipnya, gizi ibu menyusui yang berpuasa tak akan terganggu.
Tentunya untuk itu ibu menyusui mau tak mau harus sedikit mengubah kebiasaan makannya agar tetap bisa mendapatkan ekstra kalori tersebut. Misalnya, bila ketika tak menyusui sang ibu langsung mengkonsumsi makanan berat saat berbuka puasa, maka ketika menyusui sebaiknya para ibu menyantap lebih dulu makanan pembuka yang manis-manis. "Setengah jam kemudian barulah makan makanan yang berat."
TERGANTUNG PSIKIS
Salah satu kekhawatiran banyak ibu menyusui yang berpuasa ialah merasa lebih lemas. Padahal, seperti dituturkan Utami, tak ada alasan ibu menyusui yang berpuasa untuk menjadi lemas. "Karena energi ketika seorang ibu menyusui sebenarnya sama dengan energi yang dikeluarkan ketika bernafas." Jadi, kalau ibu menyusui yang berpuasa yakin tak akan merasa lemas, maka ia juga tak akan lemas. Apalagi menyusui itu sendiri sebenarnya tak membikin lemas, sekalipun tengah berpuasa.
Utami juga membantah bila menyusui dikatakan sebagai biang keladi yang membuat sang ibu jadi cepat lapar. "Semua orang yang berpuasa pasti akan merasa lapar. Jadi, entah dia menyusui atau tidak, kalau puasa, ya, memang lapar," ujar Ketua Tim Peningkatan Penggunaan ASI pada RS Sint Carolus ini.
Kekhawatiran lainnya yaitu bayi tak akan mendapatkan cukup susu bila ibu menyusui berpuasa, juga tak disetujui oleh Utami. "ASI tak mungkin akan berkurang," tandasnya, "karena produksi ASI sebenarnya disesuaikan dengan permintaan bayi," lanjutnya. ASI yang tak keluar, penyebabnya lebih berkaitan dengan kondisi psikis si ibu semisal stres.
Rangsangan produksi ASI, terang Utami, bukanlah karena isapan bayi tapi pengosongan susu itu sendiri. "Di bawah areola ibu ada 2 buah 'ruangan'. Yang satu adalah 'pabrik' susu dan yang kedua disebut 'gudang' susu. Nah, 'pabrik' akan terangsang untuk memproduksi susu kalau susu di 'gudang'nya habis." Misalnya, bayi menghabiskan 5 cc susu, maka 'pabrik' akan memasukkan lagi 5 cc. "Jadi, jangan khawatir ibu akan kekurangan air susu untuk bayinya."
Hanya saja, lanjut Utami, untuk mengalirkan susu dari "pabrik" ke "gudang", sang ibu masih memerlukan suatu refleks yang disebut let down reflex. Refleks ini terletak dekat dengan otak, yang artinya sangat dipengaruhi oleh emosi si ibu. Dengan demikian, walaupun produksi susunya bagus tapi kalau refleks itu tak bisa dilepaskan, maka tak akan ada susunya. "Tak ada bayi yang bisa menyedot langsung dari 'pabrik' susu karena mengalirnya susu sangat dipengaruhi oleh emosi si ibu. Jadi, ibu menyusui harus positive thinking."
Tak masalah lagi, kan, Bu!
Kandungan Gizi Yang Diperlukan Ibu Menyusui
* Tiga Porsi Protein Setiap Hari.
Seporsinya sama dengan 3 gelas susu rendah lemak, 120-140 gram ikan, daging atau unggas, dan 200-240 gram tahu.
* Dua Porsi Makanan Bervitamin C Setiap Hari.
Satu porsi setara dengan 1/4 semangka kecil, 1 buah jeruk kecil, 2/3 brokoli atau kembang kol, 2 tomat kecil atau 1 cangkir sari tomat.
* Lima Porsi Kalsium Setiap Hari.
Seporsi sama dengan satu cangkir susu rendah lemak, 120 gram sarden kaleng berikut tulangnya, 50-60 gram keju keras.
* Tiga Porsi Sayuran Hijau dan Kuning dan Buah-buahan Kuning.
Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga besar, 1/2 wortel kecil, 1 tomat besar, 1/4 sampai 1/2 sayuran hijau yang telah masak.
* Dua Porsi Atau Lebih Sayuran dan Buah Lain.
Satu porsi setara dengan 1 buah apel, pear atau pisang, 1 iris nanas, 5 buah kurma, 1 cangkir tauge, terong atau bawang, 1 kentang kecil.
* Enam Porsi Karbohidrat.
Seporsinya sama dengan 1/2 cangkir nasi merah matang atau sejenisnya, 1/4 cangkir jangung, 1 iris roti dari bijian utuh, 1/2 kue muffin.
* Sedikit Makanan Berlemak Tinggi.
Seperti: 1/2 cangkir es krim, 1/4 alpukat kecil, 140 gram daging merah, 9 kentang goreng, 1 kuning telur, 2 biskuit kecil.
* Makanan Kaya Zat Besi.
Bisa ditemui di sarden, kedelai atau produk kedelai, bayam atau hati.
* Makanan Asin Dalam Jumlah Terbatas.
Karena bayi harus sebisa mungkin dihindari dari garam maka ibu menyusui pun harus menghindari makanan yang mengandung garam. Seperti kacang yang diberi banyak garam, kripik kentang atau acar. Gantilah dengan keju atau makanan yang hanya bergaram sedikit.
* Minimal 8 cangkir Cairan Setiap Hari.
Cairan ini bisa juga didapat dari sari buah, sayuran, susu atau sup.
* Satu Tablet Vitamin Setiap Hari.
Untuk berjaga-jaga karena tak ada diet seseorang yang sempurna.
Faras Handayani /nakita
KOMENTAR