Usia Sekolah
Masalah pada tangga TK biasanya akan sangat kelihatan pada fase GM dan kemampuan wicara.
Anak yang tidak melewati fase merangkak, misalnya, biasanya akan menjadi keras kepala, egonya tinggi, tingkat emosinya over. Merangkak dengan cara ngesot biasanya berkaitan dengan IQ yang kurang, sementara merangkak dengan cara menungging biasanya berhubungan dengan gerak motor kontrol yang kurang bagus.
Pada usia sekolah, saat duduk di bangku TK misalnya, bagus tidaknya tumbuh kembang anak juga akan terlihat. Misalnya, atensinya tidak tahan lama, diajari warna belum bisa sementara anak lain sudah bisa. Biasanya, kasus yang terjadi akan ketahuan pada saat anak sudah mulai sekolah. "Bisa jadi orang tua tidak tahu. Selama ini, informasi tentang stimulasi tumbuh kembang tidak sampai dan yang diperhatikan paling hanya aspek gizinya, tidak komprehensif. Padahal, otak tak hanya hanya butuh gizi semata," lanjutnya.
Stimulasi Otak
Stimulasi otak alamiah mencakup tiga aspek, yaitu gizi yang baik, stimulasi gerak, dan stimulasi kognitif. "Jadi, kalau mau otak anak baik, ya gizinya harus baik sesuai piramida gizi (karbohidrat 50%, protein 30%, lemak 10%, vitamin dan mineral 10%), gerak berfungsi dengan baik, kognitifnya juga baik," kata konsultan di London Care for Autism ini. Selain stimulasi natural, anak juga perlu diberi stimulasi buatan seperti senam bayi, pijat bayi, sensory integration, brain game, brain gym, dan sebagainya.
Jadi, orang tua seharusnya melakukan stimulasi TK on the track, sesuai usia anak. Di usia 3 bulan pada fase tengkurap, misalnya, bayi harus diberikan gerakan dan permainan yang menstimulasi tengkurapnya. Pada tahap merangkak, ajari dia merangkak, beri bola, dan sebagainya. Kesalahan orang tua yang lain adalah seringkali anak diserahkan begitu saja ke babysitter atau pembantu. "Padahal, seringkali ini justru menghalangi anak terstimulasi. Anak diberi baby walker, diletakkan di boks bayi sampai usia 3 tahun, jalan-jalan ke mal selalu memakai kereta dorong, dan sebagainya. Padahal, itu saatnya anak bergerak. Ajak aja jalan. Kalau capek, gendong," pungkasnya.
Cek Tangan Dominan
Untuk mengecek apakah anak bertangan kanan atau kidal bisa dengan alat bernama handgrip dynamometer. Tetapi, orang tua di rumah bisa melakukannya dengan mudah, kok. Caranya:
Penilaian kekuatan: Ajak anak bersalaman dengan tangan bersilangan. Tangan kanan anak dengan tangan kiri kita dan sebaliknya. Minta ia menggenggam tangan kita. "Nah, pada saat menggenggam ini akan kelihatan dan terasa mana tangan dominannya. Bisa juga dengan cara yang sama tapi tangan anak memegang pensil. Minta anak untuk menarik pensilnya.
Penilaian referensi: Beri anak sebuah benda atau makanan, tapi tidak langsung diberikan ke tangannya. Letakkan benda atau makanan tadi di sebuah tempat (misalnya meja), lalu minta ia mengambil. Nah, pada saat mengambil, akan terlihat ia memakai tangan dominan yang mana.
Penilaian koordinasi: Minta anak membuat coretan dengan tangan kanan, lalu dengan tangan kiri. Nah, dari hasil coretan akan terlihat coretan tangan sebelah mana yang lebih bagus.
Hasto Prianggoro
KOMENTAR