1 Duh, anak Anda yang masih duduk di taman kanak-kanak hanya memakan kue atau puding di bekalnya. Anda pun...
a. Mengajak Si Kecil mengobrol soal pola makannya sekaligus mengganti menu bekal dengan pilihan yang lebih enak, sehat, dan bervariasi.
b. Memarahi sekaligus mengancamnya tak akan memberikan kue lagi. Alhasil, Si Kecil pun menangis. Tak tahan dengan tingkahnya, Anda pun menyerah dan memberikan kue kesukaannya di keesokan hari.
c. Pergi ke sekolah setiap hari dan tepat di jam makan siang, supaya Anda bisa mengawasi anak ketika ia menyantap makan siang.
2 Anak Anda menolak sarapan padahal Anda harus pergi bekerja sekaligus mengantar anak ke tempat penitipan anak. Anda pun..
a. Memukul pantatnya dan terburu-buru mengantar anak ke tempat penitipan anak.
b. Tetap mengantarkan anak ke tempat penitipan anak sekaligus menyiapkan bekal dan menginformasikan kepada pengasuh bahwa anak Anda belum sarapan.
c. Anda terpaksa meluangkan waktu selama 30 menit untuk menyuapi anak dan terlambat datang ke kantor. Tak apa-apa, pikir Anda, yang penting Si Kecil tak kelaparan.
3 Anak Anda yang duduk di kelas 4 SD selalu lupa membawa pekerjaan rumah ke sekolah. Ia pun tak segan meminta Anda mengantarkannya ke sekolah.
a. Anda tidak menuruti keinginannya karena ingin anak belajar konsekuensi perbuatannya. Yaitu, nilai jelek jika ia lupa membawa tugas. Nah, di rumah, Anda akan mencari ide supaya ia selalu ingat kewajibannya.
b. Anda jengkel tapi tetap mengantarkan tugasnya. Rasanya Anda tak rela bila nilainya buruk.
c. Memarahi anak saat nilainya anjlok dan menghukumnya selama seminggu.
4Anak Anda yang berusia empat tahun tampak kesal karena temannya tak mau berbagi mainan.
a. Anda cukup mengamati anak-anak yang sedang bermain. Toh, Anda ingin anak belajar bernegosiasi. Anda hanya akan turun tangan jika anak-anak mulai kasar dan agresif.
b. Situasi semacam ini tidak akan pernah terjadi di bawah pengawasan Anda sebab Anda selalu ikut campur, eh, maksudnya bertindak sebagai penengah.
c. Langsung mengajaknya pulang. Anda tak ingin buah hati menjadi pengacau di rumah orang lain.
5 Guru di sekolah mengirimkan surat teguran yang menyatakan anak Anda susah akur dengan teman-temannya di kelas.
a. Berusaha lebih ramah dengan anak-anak yang sekelas dengan anak Anda dan membujuk mereka supaya mau bermain dengan anak Anda.
b. "Ah, anakku baik-baik saja, kok. Gurunya saja yang sok tahu!" pikir Anda.
c. Mengajak buah hati bicara mengenai masalah ini dan dan bercerita serunya bermain bersama teman sekelas. Anda pun tak lupa membuat janji dengan guru supaya bisa mengerti sudut pandang Sang Guru dan mendapatkan jalan keluar.
6 Anak Anda yang berusia 3 tahun kesulitan menyelesaikan puzzle.
a. Menyelesaikan puzzle tersebut supaya Si Kecil belajar dengan melihat Anda.
b. Mengajaknya menyelesaikan puzzle. Anda pun memancingnya lewat pertanyaan yang memudahkannya mencari puzzle yang tepat.
c. Anda memintanya mengganti permainan sebab Anda sibuk menonton sinetron.
7 Waktunya tidur tapi Si Kecil tak mau membereskan mainnya.
a. Memarahinya sekuat tenaga dan mengancam akan membuang semua mainannya.
b. Anda mengalah dan meninabobokan anak Anda hingga ia terlelap. Setelahnya, Anda membereskan mainannya.
c. Anda tak segan mengultimatum akan meyumbangkan mainannya. Oleh karena itu, ia hanya punya waktu lima menit untuk memilih mainan yang ia sukai.
Jawaban:
Hobi Mengawasi: 1c, 2c, 3b, 4b, 5a, 6a, 7b
Lepas Tangan: 1b, 2a, 3c, 4c, 5b, 6c, 7a
Pas Porsinya: 1a, 2b, 3a, 4a, 5c, 6b, 7c
Hobi Mengawasi:
Anda bisa jadi terlalu terlibat dalam keseharian anak Anda, terutama ketika ia seharusnya menyelesaikan sendiri sebuah masalah. Menolong anak memang perbuatan yang wajar sekali dilakukan orangtau. Akan tetapi, terlalu protektif pun tak baik untuk perkembangan buah hati. Pasalnya, kita akan menghalanginya untuk belajar arti kehidupan yang sebenarnya sekaligus menutup kesempatannya untuk belajar dan bekembang. Ingatlah, konsekuensi dari suatu pilihan akan memberikan pelajaran berharga di masa depan.
Lepas Tangan:
Memang, sih, membiarkan anak bak burung yang baru lepas dari sangkarnya memiliki sisi positif. Akan tetapi, mereka tetap butuh pengawasan Anda, lho. Anak-anak juga tetap membutuhkan Anda sebagai teman bicara sekaligus membantu mengambil keputusan. Jadi, mulai sekarang, dekati anak sebab bisa saja ia membuat keputusan yang kurang tepat. Oh ya, berteriak, memarahi, dan jenis hukuman fisik dan mental lainnya hanya akan membuat hubungan orangtua dan anak menjadi tertutup, kaku, saling tak percaya, menghalalkan kekerasan, dan kurangnya citra diri anak yang positif.
Pas Porsinya:
Selamat! Anda terlibat dalam kehidupan Si Kecil dalam batas wajar. Anda tahu kapan harus membiarkan mereka belajar sebab-akibat atas perbuatan, memahami konsekuensi perilaku mereka, serta kapan harus turun tangan. Sebagai orangtua, Anda telah sukses menemukan pola asuh yang nantinya akan menuai sikap positif penuh tanggung jawab. Pertahankan prestasi ini, ya!
Astrid Isnawati/Dari Berbagai Sumber
KOMENTAR