Kenapa tertarik mengambil spesialisasi rehabilitasi medik?
Ketika kuliah kedokteran di Universitas Airlangga, Surabaya, saya sempat ditugaskan di bagian rehabilitasi medik selama dua minggu. Di sana saya melihat ilmunya berbeda-beda, yang fokusnya sangat luas. Di Indonesia cuma ada lima pusat rehabilitasi medik. Dokternya juga mengajar bidang-bidang lain yang saya belum pernah dengar. Maka terpikir, bidang-bidang yang belum saya ketahui itu harus saya kembangkan.
Lalu kenapa memfokuskan diri pada masalah gangguan belajar anak?
Anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan. Jadi seharusnya bila diterapi sekarang, kelak ketika tumbuh dewasa ia bisa lebih baik. Jadi pada anak enggak ada istilah mentok, kita bisa mengusahakan perbaikan agar saat dewasa jadi lebih baik.
Nah, saat saya mengambil spesialisasi di Universitas Indonesia, saya melihat sendiri kebutuhan dokter spesialis rehab terutama anak, besar sekali. Banyak orangtua amat berharap, lantaran beranggapan anaknya memiliki masa depan. Banyak orangtua berpikir, selagi dirinya masih hidup, ia akan mengusahakan yang terbaik buat anaknya. Agar bila ia meninggal, anaknya bisa bertahan hidup. Jadi kita harus bisa melihat apa keistimewaan seorang anak.
Semasa kecil Anda sempat mengalami gangguan belajar?
Betul, saya dulu punya masalah gangguan belajar. Saya merasa orang lain tidak bisa mengerti saya walaupun saya pikir, saya bisa menangani apa yang diberikan guru.
Kendala apa yang dihadapi ketika itu, terutama dari orang sekitar?
Dulu saya punya masalah memori. Saya kesulitan menyimpan memori dengan baik. Yang saya lakukan kemudian adalah mencoba metode tradisional. Yakni mencoba soal yang sama berulang kali, terutama di pelajaran yang saya takuti seperti matematika. Oleh karena itu, saya jadi belajar ekstra keras. Ibaratnya, kalau orang cukup belajar sekali saja, saya harus belajar puluhan kali.
Apa ada tindakan yang dilakukan orangtua? Membawa ke ahlinya, seperti profesi Anda saat ini?
KOMENTAR