Kelamahan spiral, dapat mengakibatkan keputihan, mens sedikit atau cepat berhenti, rasa nyeri di perut, serta suami merasa terganggu oleh benang spiral yang keluar saat bersanggama. Keuntungannya, penggunaan spiral tidak mengganggu produksi ASI.
* Spermisida
Selain itu, wanita juga bisa menggunakan obat-obat spermatisida yang dimaksudkan untuk melumpuhkan sperma. Bentuknya bisa berupa busa atau jeli atau tablet vagina. Jeli, busa, atau tablet dioleskan atau dimasukkan ke dalam vagina sesaat sebelum melakukan hubungan seksual. "Namun kelemahannya sering kurang efektif dan terjadi kebobolan, terutama kalau tidak dibarengi dengan penggunaan alat kontrasepsi lain, seperti kondom atau topi vagina."
CARA PENCEGAH
Nah, Bu-Pak, bila tak ingin kebobolan lagi, terang Nurwansjah, lakukan kombinasi KB. "Jika ia menggunakan pil, misalnya, dan yakin telah terjadi kealpaan minum, maka lakukan sanggama terputus atau memakai kondom selain tetap melanjutkan penggunaan pilnya. Demikian pula pada kasus yang telat suntik."
Hubungan pada masa subur juga sebaiknya dihindari, selain rajin melakukan cek pemasangan spiral. Sehingga kemungkinan spiral berubah letak, yang memudahkan masuknya sperma dapat dicegah.
Pokoknya, terang Nurwansjah, kalau menggunakan pil, susuk, atau spiral, di mana selalu mensnya tiap bulan. "Kalau tiba-tiba lewat dari 2 minggu mensnya tidak muncul, lakukan pemeriksaan. Bisa dilakukan lewat alat tes yang bisa dibeli di apotik atau periksa ke dokter." Mengapa harus 2 minggu? Karena biasanya hormon yang dikeluarkan plasenta sudah cukup kuat terbentuk, sehingga memudahkan untuk mendeteksi adanya positif hamil atau tidak.
Sementara ketidakhadiran menstruasi tidak bisa menjadi indikadi bagi pengguna KB suntik. Sebab, salah satu efek KB suntik, kan, jarang mens. "Walau obatnya habis pun, tidak mesti ia langsung mens, bisa saja setelah sebulan sesudahnya baru mens, bisa juga setelah setahun kemudian, dan itu normal adanya." Jadi, kalau terlambat melakukan suntik lagi, lewat dua minggu, maka sebaiknya cek dulu sebelum dilakukan suntik lagi.
JANIN TAK CACAT
Yang jelas, Bu, kita sering, kan, mendengar bila kebobolan KB, terutama yang menggunakan spiral, maka alat spiral itu akan menempel di kepala janin bila tidak cepat dikeluarkan. Mitos ini dibantah oleh Nurwansjah. "Tak ada cerita spiralnya lantas menempel di kepala. Janin, kan, dilindungi air ketuban. Bagaimana bisa ia menempel ke kepala janin? Kecuali kalau ketubannya pecah. Tapi kalau pecah pun, maka bayinya pasti gugur. Bayi, kan, tak mungkin hidup tanpa adanya air ketuban."
Memang, diakui Nurwansyah, dengan adanya spiral di dalam maka kemungkinan kehamilan bisa berlanjut sebesar 50 persen. "Yang 50 persen bisa saja terjadi keguguran. Demikian pula kalau diupayakan spiral itu ditarik keluar pada saat terjadi kehamilan, kemungkinan kehamilannya selamat dan gugur pun 50-50."
Jadi, tekan Nurwansjah, tak usah terlalu khawatir dengan adanya spiral di dalam rahim bila terjadi kebobolan. "Tak dicabut pun tak apa-apa. Biarkan saja spiral itu ada di dalam, toh, ia akan keluar bersama-sama bayi saat lahir nanti."
Demikian pula halnya dengan penggunaan pil, suntik atau susuk yang berlanjut kala kita kebobolan akibat ketidaktahuan kita. "Tak usah takut akan membawa dampak cacat pada bayi, karena hal itu tak berbahaya. Justru progesteronnya akan semakin menguatkan kehamilan."
Yang perlu dilakukan, saran Nurwansjah, begitu diketahui hamil, segera hentikan alat kontrasepsinya. "Jika memang takut ada apa-apa dengan janinnya, lakukan pemeriksaan USG seawal mungkin; antara 10-12 minggu."
Pemeriksaan USG juga perlu dilakukan untuk mengecek apakah kehamilannya itu berada dalam kandungan atau bukan. Sebab, terang Nurwansjah, pada kasus ibu pengguna spiral maka kemungkinan hamil di luar kandungan akan semakin besar. "Memang tanpa KB spiral pun kemungkinan hamil di luar kandungan bisa saja terjadi. Tapi kalau rahimnya diisi spiral, maka kemungkinan untuk hamil di luar kandungan akan makin besar."
Untuk lebih safe, lakukan pula pemeriksaan ulang USG saat usia kehamilan 16-18 minggu dan 30-32 minggu.
Nah, Bu, tak perlu khawatir berlebihan jika terjadi kebobolan KB, ya? Nah, bila tak ingin kebobolan, disiplin diri kuncinya.
Indah
KOMENTAR