Potongan kaca ukuran 1 X 2 cm itu, mungkin tak berarti buat kita. Tapi di tangan Made Sukada (49), benda itu bisa menjadikan gentong jadi cantik karena ada hiasan berbentuk mozaik. Setelah diwarnai, potongan-potongan kaca tadi ditempelkan ke permukaan gerabah yang berbentuk gentong setinggi 30 cm hingga semeter.
Untuk mempertegas aksen warnanya, dicelah-celah kaca tipis tadi dipulas campuran semen, lem, dan bahan pewarna. "Kalau cuma gerabah saja, tidak istimewa. Tapi setelah dihias seperti ini, tampilannya pasti akan jadi lain," kata Made Sukada yang sudah membuat kerajinan itu sejak tahun 1993. "Mulanya gerabah asal Lombok itu cuma diwarnai, belum seperti sekarang."
Harga Murah
Eksperimen Made tak sia-sia. Setelah jadi, dipajang di ruang pamer, "Ternyata banyak yang berminat. Terutama pembeli dari Eropa," ujar Made. Ia pun jadi terpacu untuk semakin giat berkereasi. Semula, yang dihias hanya terbatas pada gerabah tempat buah saja, kemudian berkembang ke berbagai benda dari gerabah semisal pot, bingkai foto, dan lainnya. "Barang apa saja, sepanjang penampangnya bisa ditempeli mozaik dan bentuknya menarik, pasti kami lakukan," papar Made yang dibantu anak dan istrinya, Ni Wayan Bakti (49).
Barang kerajinan hasil karyanya biasanya digunakan sebagai penghias ruangan di rumah, hotel, juga kafe. "Yang sering pesan, ya, hotel, restoran, dan kafe." Selain mememuhi kebutuhan lokal, gerabah mozaik karyanya juga diekspor. Sampai saat ini, ia masih tetap rajin mengirim hasil karyanya ke Eropa, Singapura, dan Malayasia.
Kendati pengerjaan kerajinan ini terbilang cukup rumit, harga jualnya termasuk murah. Untuk nampan buah, berbentuk bulat atau bundar, ia hanya mematok harga sekitar Rp 35 sampai Rp 40 ribu. Sementara gentong kerucut setinggi 1 meter lebih, dilepas senilai Rp 150 ribu saja. "Tidak usah mahal-mahal, yang penting usaha bisa jalan. itu saja saya sudah senang, kok," papar Made yang kini memiliki 25 karyawan.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR