Lima santri Ponpes Tebuireng, Jombang penderita suspect (diduga) flu babi menemui nasib sial ketika dirujuk ke UGD RSUD Pare. Mereka ditelantarkan selama hampir satu jam, karena tidak ada petugas medis yang bersedia menangani.
Beberapa perawat yang berjaga berlarian ketakutan saat rombongan rujukan dari Poliklinik Assalamah Ponpes Tebuireng ini tiba, Rabu (29/7) pukul 21.00. Kelima pasien suspect flu babi ini adalah Diki Alfian, 13, asal Cirebon; Muhammad Nail, 23, asal Banten; Ahmad Hidayat, 12, asal Indramayu; Sahyrul Arikona, 12, asal Serang, Banten, dan Rahmad Hidayat, 12, asal Pasuruan.
Kelimanya dilarikan ke RSUD Pare karena sudah hampir seminggu dirawat di Poliklinik Assalamah Tebuireng dengan keluhan mirip flu babi. "Kami sangat sedih melihat palayanan di rumah sakit ini.
Datang bukan dilayani, tapi semua perawat malah kabur," keluh Ny Makmur, 35, orangtua Syahrul.
Hal ini dibenarkan Ny Imroah, orangtua Hidayat. Perempuan berjilbab ini mengaku anaknya ditelantarkan dan tidak mendapat penanganan sebagaimana mestinya sebagai pasien suspect flu babi. Baru setelah mendapat sambungan telepon dari Tebuireng, mereka masuk UGD.
Setelah satu jam di UGD, baru pasien rujukan ini dipindah ke ruang isolasi Kemuning. "Semua fasilitas tidak seperti yang dijanjikan. Lebih baik di Jombang. Masak kamar kami bersebelahan dengan kamar mayat. Saat mau minta air panas, disuruh beli di luar," kesal Ny Makmur sambil menangis.
Terkait pelayanan RSUD Pare yang dikeluhkan keluarga pasien, Humas RSUD Pare, Roziq, mengatakan bahwa keluhan itu karena keluarga dalam kondisi ketakutan. "Mereka dari keluarga mampu. Ruang isolasi tidak sebaik yang dibayangkan. Soal perawat yang lari takut karena rumah sakit sudah menetapkan tim khusus penanganan flu babi. Kebetulan, para perawat itu tidak masuk tim sehingga berlarian," jelas Roziq.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, Profesor Tjandra Yoga, kemarin datang ke Ponpes Tebuireng ini, guna mengunjungi santri yang masih diisolasi di asrama Al-Ilyas ponpes setempat.
Dalam keterangannya, Tjandra Yoga menyatakan, virus yang menyerang sejumlah santri di Ponpes Tebuireng, bukanlah virus flu babi, melainkan virus A-H1N1. Virus A-H1N1 itu, kata Tjandra, tidak ada kaitannya dengan flu babi. Bahkan virus ini tidak begitu berbahaya bagi manusia, seperti yang digembar-gemborkan di berbagai media.
Pernyataan Tjandra ini menepis berita sebelumnya. Diberitakan, 86 santri Ponpes Tebuireng diisolasi. Bahkan lima di antaranya, setelah diperiksa sampel ingusnya, positif terinfeksi virus A H1N1, yang semula secara umum dianggap virus flu babi.
Merebaknya virus flu babi di Jatim membuat pemprov melakukan langkah-langkah antisipasi. Di antaranya menyiapkan anggaran Rp 2,5 miliar, separate dikatakan Wagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul), ketika usai menghadiri akhirussanah di Ponpes Tarbiyatun Nasyiin, Dusun Paculgowang, Jatirejo, Diwek, kemarin.
Kecuali menyiapkan dana, Pemporv Jatim juga terus memantau stok kapsul tamiflu. Gus Ipul menyebut hingga saat ini stok tamiflu masih sekitar 55.000 kapsul. "Jumlah itu masih mencukupi, dan siapkan untuk seluruh daerah di Jatim yang membutuhkan," kata Ipul.
k2/st8/surya
KOMENTAR