Omong-omong, bagaimana kisah asmara Ibu dengan Pak Boed?
Kami tetanggaan di Blitar (Jatim). Rumah dia di Jl. Wahidin no 6, saya no 32. Kami berteman sejak SD, kadang berangkat sekolah bersama. Sampai SMA, kami masih berteman baik. Saya tidak tahu sejak kapan dia naksir saya. Yang jelas, setelah lulus SMA, dia langsung kuliah di UGM, Yogya. Tahun kedua kuliah, dapat beasiswa Colombo Plan ke Australia.
Waktu itu, saya baru lulus SMA lalu kuliah di Fakultas Ekonomi Airlangga. Saat itulah kami mulai surat-suratan. Dia yang kirim duluan. Isinya, paling cerita tentang suasana Kota Perth dan kampusnya. Saya enggak menyangka kalau ditaksir. Kan, dia kuliah di Australia.
Kapan ada pernyataan "I love you"?
He he he. Dua tahun kemudian, setelah beberapa kali kirim surat. Di salah satu suratnya, dia tanya ke saya, "Mau enggak menemani hidup saya?" Saya jawab, "Mau." Itu sekitar tahun 1964. Surat-suratnya masih saya simpan rapi, lho, sampai sekarang. Dulu, sih, sempat saya simpan di besek (wadah dari anyaman bambu) bersama surat dari beberapa teman pria lain. Tapi setelah pasti dengan dia, surat lainnya itu saya singkirkan. Sampai sekarang suratnya masih saya simpan di rumah kami di Sawitsari, Yogya.
Rini Sulistyati
KOMENTAR