"Karier model Manohara terhenti setelah dirinya menikah dengan Tengku. "
"Mama, apa pun yang terjadi, aku tidak akan pernah mencoba untuk bunuh diri. Maaf Mama, tolong doakan aku, tapi kalau aku sampai mati, berarti suamiku telah membunuhku. Aku pernah dengar dia bilang, hidup-matiku ada di tangannya."
Hati ibu mana yang tidak hancur mendengar perkataan semacam itu dari anak tercinta. Aku, Daisy Fajarina, gelisah setiap malam membayangkan apa yang terjadi pada putriku, Manohara. Apakah dia bisa tenang? Apakah dia baik-baik saja? Terlukakah dia?
Semua ini berawal saat aku dan kedua putriku, Dewi Sari Asih dan Manohara Odelia Pinot, mendapat undangan makan malam bersama Deputi Perdana Menteri Malaysia, Datuk Najib, dari salah satu teman baik kami ketika tinggal di Perancis. Pernikahanku yang kedua dengan Reiner Pinot-Noack, pria berkebangsaan Perancis. Lalu Manohara lahir di Jakarta, 28 Februari 1992. Selain Manohara, kami mengangkat seorang anak, Shaliha. Sayangnya, Reiner mengkhianatiku. Ia berselingkuh dengan Shaliha. Kini status kami sudah berpisah baik-baik. Nah, di acara makan malam itulah kami mengenal Tengku Muhammad Fakhry, putra mahkota Kerajaan Kelantan, Malaysia. Kesan pertama yang kudapat dari sosok Tengku, ia sangat baik, santun, dan sangat menghormati aku serta putriku. Tengku menunjukkan ketertarikannya pada Manohara yang saat itu berusia 15 tahun. Dia menghampiriku dan bertanya bolehkah ia berkenalan dengan putriku. Saat itu aku berpikir, sopan sekali pemuda ini. Bahkan ia meminta nomor teleponku untuk berkomunikasi dengan Manohara.
nova.id
Kalau Aku Mati Suamiku Telah Membunuhku 1
"Di hadapan publik, Manohara dan Tengku kerap tampil mesra. Tak disangka di balik senyum Manohara terpendam duka mendalam. "
Dilarang Tengku Perkenalan itu berlanjut. Tengku sangat perhatian terhadap kami. Dia sering berkunjung ke Jakarta atau mengundang kami berlibur bersama. Selama itu pula, ia selalu menunjukkan perangai yang sangat baik, rajin salat, dan lembut saat berbicara. Seketika, bukan hanya aku yang jatuh hati, Manohara pun akhirnya bersedia menjalin hubungan dengan Tengku. Selama mereka pacaran, Manohara sering mendapat tawaran untuk berkarier di dunia hiburan di tanah air. Manohara sebetulnya tergoda karena ingin punya penghasilan sendiri. Tetapi tawaran-tawaran itu terpaksa ditolak karena Tengku tidak mengizinkan.Bukan cuma di Indonesia putriku mendapat tawaran kerja menarik. Dulu, saat kami tinggal di Prancis, banyak agensi model melirik Mano. Bahkan, ia sempat disebut-sebut oleh sebuah agensi asal Hongkong sebagai The Next Michelle Yeoh. Di tanah air pun demikian. Majalah Harper's Bazaar, misalnya, pernah mendaulat anakku sebagai 100 Pesona Indonesia.
Harus Menurut Tahun Baru 2008, aku dan anak-anak berkumpul merayakannya dengan ritual keluarga, saling minta maaf atas kesalahan yang pernah kami lakukan selama setahun. Saat itu, Manohara memohon maaf sambil menangis. Ia bilang, Tengku telah merenggut kegadisannya. Ya Tuhan, aku merasa kecolongan. Aku kecewa dan sakit hati! Langsung kuhubungi Tengku. Dia langsung meminta maaf atas kejadian itu dan berjanji akan bertanggung jawab. Lalu, 17 Agustus 2008, datang undangan dari pihak Istana Kelantan dalam rangka memperkenalkan putriku sebagai kekasih Tengku ke orangtuanya. Tak lama kemudian, kami kembali diundang untuk bertemu Ibunda Raja dan Sultan. Sebelum bertemu mereka, aku diberi pengarahan, tidak boleh mengatakan tidak atas apa pun yang dikatakan mereka karena itu artinya aku tidak menghormati mereka. Ternyata Ibunda Raja dan Sultan menyukai putriku dan ingin langsung mengadakan pernikahan sebelum bulan Ramadhan. Mengingat kode etik bertemu Raja, aku pun mengiyakan saja. Setelah itu, aku bertemu pihak istana, Datuk Wan Hassan dan adik Ibunda Raja, Tengku Anisa. Kuutarakan maksudku untuk mengundang keluarga Tengku ke Jakarta. Mereka mengerti dengan keinginanku. Mereka menyarankan aku mengikuti keinginan keluarga kerajaan dan setelah itu pesta dapat dilakukan lagi di Jakarta.
nova.id
Kalau Aku Mati Suamiku Telah Membunuhku 1
"Hanya satu keinginan Daisy, bertemu putri tercinta. "
Tanpa Surat Esoknya, aku mengadakan pertemuan di lobi hotel Shangri-la dengan Tengku Anissa untuk membicarakan tanggal perkawinan. Kata Anissa, mufti (ketua agama) telah menentukan hari baik, yaitu 26 Agustus 2008. Aku terperanjat! Itu terlalu cepat! Mana mungkin mengurus semua persiapan dalam waktu seminggu? Apalagi, pernikahan ini melibatkan dua calon pengantin yang berbeda kewarganegaraan. Aku, kan, juga perlu waktu untuk memberi kabar kepada sanak-saudara dan membawa mereka ke Kelantan. Perasaanku tak karuan saat itu. Namun Anissa meyakinkan aku, itu hanya acara pernikahan saja. Datuk Wan Hassan bilang, Ibunda Raja tidak setuju dengan pacaran. Aku masih ingat yang mereka katakan, "Nanti pasti akan kita buat acara yang sama di Indonesia, 10 kali pun tidak apa, asal dengan orang yang sama." Tanpa pikir panjang, aku langsung menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur. Aku dibantu Pak Imran yang masih ada hubungan keluarga untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Pak Imran memberi beberapa persyaratan yang harus kupenuhi. Salah satunya, surat dari wali dan Kantor Urusan Agama di Jakarta. Berhubung waktuku tidak banyak, aku tidak bisa menyediakan surat-surat itu. Konsekuensinya, KBRI tidak bisa mengeluarkan surat izin nikah. Di sisi lain, pihak Istana menyatakan, acara pernikahan harus tetap berjalan sesuai titah Raja. Raja sendiri yang meyakinkan, setelah pernikahan diadakan di Malaysia, mereka akan melaksanakan pernikahan di Indonesia, sesuai aturan di Indonesia dan memenuhi segala keperluan. Di lain pihak, mufti mengatakan, pernikahan tanpa wali adalah tidak sah, tetapi Manohara bisa menunjuk dan memberikan kuasa padanya untuk menjadi wali dan menikahkan mereka. Sungguh, aku masih tidak paham sekaligus khawatir. Putriku baru berusia 16 tahun dan akan menikah tanpa surat dari wali dan KBRI. Ah, rasanya hatiku cemas. Sita Dewi
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
5 Tips Belanja Bulanan Hemat, Nggak Takut Harga Minyak Goreng Naik!
KOMENTAR