Ada dua varietas utama tanaman teh: varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, tumbuh baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin seperti di Cina Tengah dan Jepang.
Sedangkan varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembap seperti di India Utara, wilayah Szechuan dan propinsi Yunnan di Cina.
Asal Teh
Asal muasal teh yang paling terkenal berasal dari China, berkaitan dengan legenda Kaisar Shen Nung (dibaca Shay-Nung). Dikisahkan, sekitar tahun 2737 SM, ketika Kaisar akan mengambil air, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin lalu jatuh ke dalam panci berisi air mendidih. Sang Kaisar penasaran lalu mencicipi air rebusan daun tadi. Ternyata, Kaisar menemukan rasa sedap yang menyegarkan tubuhnya.
Sedangkan sejarah teh di Jepang dimulai sejak zaman Heian, setelah teh dibawa masuk ke Jepang oleh duta kaisar yang dikirim Dinasti Tang. Literatur klasik para koki Jepang (Nihon Koki), menulis tentang Kaisar Saga yang sangat terkesan dengan teh yang disuguhkan pendeta Eichu ketika mengunjungi Provinsi Omi.
Pada masa itu, teh juga masih berupa hasil fermentasi setengah matang. Di zaman sekarang teh fermentasi ini mirip Teh Oolong. Teh direbus di dalam air panas dan hanya dinikmati di beberapa kuil agama Buddha saja.
Di India, penemuan teh pertama dihubungkan dengan seorang biarawan, yang amat kelelahan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam keputusasaan ia mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya. Serta-merta, daun itu membuatnya segar kembali.
Di masa Dinasti Ming (1368-1644), bangsa Tiongkok mulai menyeduh teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, teko anggur tradisional berpenutup dari Tiongkok dijadikan teko teh yang sempurna.
Teh Keliling Dunia
Teh pertama kali masuk ke Indonesia pada 1686 dibawa seorang Belanda, Dr. Andreas Cleyer. Mulanya dibawa sebagai tanaman hias dalam pot, meski pada 1728 Pemerintah Belanda mulai memperhatikan pengembangannya.
Teh dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia, yang merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima dunia.
Kondisi tanah dan iklim lingkungan yang memadai membuat hampir 100 persen tanaman teh di Indonesia termasuk jenis Camellia sinensis varietas assamica. Pucuk teh yang dihasilkannya 80 persen diolah menjadi teh hitam, dan sisanya dijadikan teh hijau. Umumnya teh hitam Indonesia diekspor dan hampir seluruh teh hijau dikonsumsi di dalam negeri setelah diolah menjadi teh wangi.
Teh hijau Indonesia merupakan produk yang unik, karena diolah dari pucuk teh C. sinensis varietas assamica. Teh hijau Indonesia juga berbeda bahan bakunya dengan teh hijau China (C. sinensis varietas sinensis), tetapi sama proses pengolahannya, yaitu memakai sistem panning (inaktivasi enzim dengan udara panas).
Sebaliknya, teh Indonesia amat berbeda dengan teh hijau Jepang, karena berbeda bahan baku maupun pengolahannya (Jepang menggunakan sistem steaming, yaitu inaktivasi enzim dengan uap panas).
Aneka Jenis Teh
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahannya. Daun teh Camellia sinensis (C.sinensis) akan segera layu dan mengalami oksidasi jika tak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin.
KOMENTAR