NOVA.id - Hampir lima tahun sudah Sersan Kepala (Serka) Darwis, prajurit TNI Korem 143/HO Kendari membantu sejumlah anak-anak menyeberangi derasnya arus sungai Ranteangin di Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk bersekolah.
Dilansir dari Kompas.com, hanya dengan berbekal tali slag atau katrol, dan selembar papan dan bambu, anggota Babinsa Lalusua, Kolaka Utara itu setiap harinya harus bertaruh nyawa untuk membantu para siswa melintasi sungai selebar 60 meter.
Baca juga: Tragis! Diduga Kesal, Guru Sekolah Bekap Mulut Siswinya Hingga Tewas
"Satu kali seberangkan anak-anak untuk sekolah bisa tiga orang, bahkan anak kecil saya gendong dengan pakai sarung."
"Supaya aman, tali dililitkan di badan anak-anak kalau mau nyeberang," tutur Darwis dihubungi via teleponnya, Sabtu (5/8), seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Kondisi itu terjadi karena tidak ada jalan alternatif lain yang bisa digunakan warga Desa Maroko, Kecamatan Wawo untuk menuju Desa Tinakari, Kecamatan Ranteangin, Kolaka Utara.
Baca juga: Polisi Masih Tunggu Hasil Otopsi Bayi di Freezer
Di desa itu belum terdapat fasilitas pendidikan ataupun pasar, sehingga warga Desa Marako harus menyeberangi sungai agar bisa sampai tujuan.
Kondisi tersebut sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun.
Namun hingga kini Pemerintah Daerah Kolaka Utara tidak kunjung membangun jembatan penghubung dua wilayah itu.
"Kalau cuaca bagus bisa dibantu sama kakak-kakaknya, kalau cuaca buruk saya harus ada di situ karena berbahaya," ujarnya.
Dia bercerita, sebelum ada alat tali gantung, anak-anak harus menyeberangi sungai dengan rakit darurat yang terbuat dari batang pohon pisang.
KOMENTAR