Baca juga: Mengejutkan! Raline Shah Didapuk Jadi Direktur Maskapai Penerbangan Terkenal, Ini Alasannya
Akhirnya warga pun berswadaya membeli peralatan tali, bambu, dan papan untuk membuat jembatan tali tersebut.
Ketinggian gantungan tali yang menjadi jalur penyeberangan warga, dari permukaan air sekira 7 meter.
Pada musim kemarau, kedalaman air sungai sekitar 2 meter, sedangkan saat musim hujan, ketinggian air mencapai 6 meter.
"Dari Desa Maroko siswa SD dan SMP satu atap harus ditempuh 3 kilometer dan untuk siswa SMA atau Aliyah 6 kilometer jaraknya dari rumah mereka," kata Darwis.
Baca juga: Yang Harus Diperhatikan Sebelum Memberi Gadget pada si Kecil
Anggota TNI yang akan pensiun 6 tahun lagi itu menyebut, niatnya untuk membantu didasari oleh harapan agar anak-anak di Desa tersebut bisa tetap mengenyam pendidikan.
"Sebagai anggota Babinsa kita diwajibkan untuk membantu masyarakat, bukan hanya mengetahui masalah masyarakat tapi juga harus dicarikan solusinya."
"Termasuk soal akses pendidikan masyarakat di wilayah dampingannya kita," tambah Darwis.
Sementara, para pelajar mengaku takut karena setiap kali bergantung di tali ini untuk menyeberang sungai. Terlebih saat musim hujan arus sungai begitu deras.
Baca juga: Baju Ayu Ting Ting saat Foto Gandeng Erat Raffi Ahmad Jadi Sorotan, Berapa Sih Harganya?
"Sebenarnya saya takut sekali kalau saat banjir," kata Usman, siswa SDN 2 Wawo, seperti dalam rekaman wawancara yang diterima, Selasa (18/7).
Tak hanya anak-anak, warga yang hendak menjual hasil panen kebun mereka juga melintasi Sungai Ranteangin dengan menggunakan tali gantungan. (*)
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul, "Kisah Serka Darwis Bertaruh Nyawa agar Anak-anak Desa Bisa Sekolah."
KOMENTAR