3. Role model - bukan sahabat.
Memperlakukan pasangan dengan rasa hormat, bukan hanya baik untuk pernikahan namun juga mempengaruhi dinamika keluarga. "Ketika pasangan menunjukkan kesabaran dan dukungan, (berlawanan dari sikap tidak sabaran, sarkastis, atau kritis) anak-anak juga akan lebih hormat terhadap orangtua," ujar Kremer-Sadlik memaparkan temuan dari penelitian sebelumnya. Tujuan jangka pendek dari perlakuan ini dapat dirasakan keluarga dalam sehari-hari sepanjang hari. Misalnya, makan malam di meja atau pekerjaan rumah terselesaikan dengan baik, hal-hal juga berjalan lancar dan lebih menyenangkan." Hal yang sama juga berlaku bagi orang tua dalam menetapkan aturan pada anak-anak. Bukan dengan membiarkan anak-anak mencampuri pembuatan keputusan, " tambahnya. Akan lebih sedikir tantrym dan argumen ketika orangtua mampu mendelegasikan tugas kepada anak-anak, ketimbang meminta mereka menjalankan tugas yang diperintah. "Masih ada kasih sayang kendati orangtua adalah bos, namun jangan pernah pertanyakan siapa yang bertanggung jawab di rumah," tandas Kremer.
4. Persiapkan makan malam lebih cepat.
Percaya atau tidak, mengolah makan malam lebih cepat bukan hanya menghemat waktu memasak. Saat semua keluarga menghabiskan sekitar satu jam mempersiapkan makan malam, menyiapkan makanan lebih cepat dengan alat-alat memiliki dampak lebih. Tak lupa, mintalah anak-anak membantu dalam persiapan makanan. Dalam penelitian menemukan, anak-anak yang kerap membantu di dapur selalu menghabiskan makanan yang disajikan. Suasana hati di rumah akan lebih ringan dan bahagia ketika anak-anak menghabiskan waktu membantu Ibu memasak di dapur.
5. Lima menit saja.
Ada rahasia untuk menikmati kehidupan berkeluarga setelah seharian letih bekerja: "Temuan menunjukkan, ketika wanita meluangkan waktu sendirian selama 5 atau 10 menit, ia mendapatkan nada positif untuk sepanjang sisa malam," demikian diungkapkan seorang peneliti Shu-wen Wang, dari Los Angeles yang membantu tinjauan lebih dari 1.540 jam rekaman. "Para Ibu melaporkan, dengan memiliki waktu sendiri berolahraga, berkebun, maupun menikmati sebatang permen coklat terutama setelah bekerja sepanjang hari, membuktikan jika ini sehat bagi Ibu dan keluarga mereka."
6. Nonton TV bersama-sama.
Jika Anda merasa bersalah jika keluarga lebih sering berada di depan televisi setelah hari yang melelahkan, ketimbang melakukan sesuatu interaktif. Tolong, singkirkan!
"Menonton TV bersama menunjukkan perilaku bonding yang kuat. Perilaku bonding dapat berupa aktivitas ringan bersama, seperti, berbagi makanan ringan, bersorak satu sama ketika klub sepak bola favorit mencetak skor, maupun menebak pertanyaan dalam kuis televizi!" ungkap Campos.
Tak ketinggalan, Champos menyarankan menonton komedi situasi bersama agar keluarga merasa lebih dekat. "Ketika keluarga tertawa bersama selama acara TV, itulah saat bersama yang tercipta, dan ini menciptakan kenangan baik akan keluarga," tambahnya. Jadi ketika Anda tidak bisa mengumpulkan energi menemani anak-anak bermain di halaman atau taman, satu kesempatan kecil menonton TV bersama juga dapat memberi nuansa positif bagi keluarga.
7. Rangkul ritual sehari-hari.
"Orang percaya jika spontanitas dan kegembiraan adalah hal yang membuat pasangan terkoneksi. Dan membuatnya sebagai rutinitas dan berkesinambungan, membuat hubungan keluarga kian berkembang," ujar Wang. Kendati hanya duduk bersama di suatu petang dengan secangkir kopi, atau membacakan dongen sebelum tidur, ini yang membuat kehidupan keluarga begitu menghibur dan membuat pasangan tetap dekat.
Ketika hari-hari melelahkan berjalan hari ini, ada sebuah momen untuk memperlambatnya yakni menghargai sehari-hari dalam keluarga.
Laili/ dari berbagai sumber
KOMENTAR