Balita adalah manusia kecil dengan kebutuhan yang besar. Sayangnya, mereka masih memiliki kemampuan terbatas untuk berkomunikasi. Sebagai orangtua, cobalah membantu mereka.
Buatlah kontak mata dengan mereka ketika berbicara. Cobalah lebih mencurahkan perhatian ketika tidak mengerti apa yang sedang balita Anda coba katakan. Berikan pula cukup apresiasi dengan isyarat tubuh seperti menganggukkan kepala, kontak mata, dan tepukan lembut di bahu. Bahkan disaat Anda sedang sangat sibuk dan sulit berbicara dengan bertatap mata, cobalah lakukan kontak suara dengannya. Ingat, anak belum cukup dewasa untuk memahami mengapa orang dewasa sangat sibuk dengan kebutuhannya. Mereka hanya ingin Anda berbicara dengannya. Karena itu cobalah berbicara "katakan pada mama, apa yang kamu inginkan..." dan anak akan merasa Anda peduli padanya.
Seorang anak berusia dua tahun dan jarinya terluka, menjerit histeris pada Ibunya. Sang Ibu pun memeriksa lukanya lalu berkata, "Tunjukkan mana yang sakit. Seberapa buruk lukamu, sayang?." Kendati dirinya mengetahui, luka itu tidak separah jeritannya, namun tindakannya melihat ke dalam mata dengan simpatik dan memeriksa jarinya menunjukkan sensitivitas dirinya sebagai orangtua. Setelah Ibu selesai membalutkan plester elastis dan membereskan lukanya, lalu memeluk sang anak beberapa menit sebelum mengalihkan perhatian ke hal lain. Orangtua kerap kali tak ingin membuat hal-hal sepele menjadi besar, sedangkan anak-anak terkadang over sensitif dengan hal-hal yang terjadi pada tubuhnya. Dalam sudut pandang seorang anak, hal-hal kecil seperti tertusuk peniti adalah sebuah pengalaman yang traumatis. Ia membutuhkan perban untuk membalut lukanya. Jadikan momen-momen semacam ini sebagai kesempatan lebih dekat pada anak-anak.
4. Hindari Menasehati
Anak-anak memang kerap menjengkelkan, melelahkan, dan benar-benar mengganggu ketika mereka berlebihan. Sadarilah, anak-anak memang lazimnya begitu. Mereka kerap melakukan pertunjukan dramatis di waktu yang kurang tepat. Namun demikian, peristiwa "kecil" ini penting bagi mereka.
Jangan menasehati anak ketika dirinya marah. Ketika anak marah dan duduk menyendiri, cobalah lihat ke dalam mata dan berikan waktu baginya untuk mengekspresikan diri. Tahan keinginan untuk membongkar kemarahannya. Umumnya orangtua justru ingin marah, menghakimi dan sok logis ketika anak sedang marah. Anak-anak belum tentu memiliki cara pandang yang reseptif untuk menerimanya. Penyampaian orang dewasa justru membuat anak-anak menekan perasaannya.
Menasehati akan memberi pesan Anda tidak dapat menerima emosinya. Ini akan membuat anak bungkam. Anak jug akan kehilangan kemampuan mengekspresikan dirinya dan Anda pun menjadi orangtua yang kurang dapat menerima sehingga anak tidak bisa terbuka pada Anda.
Laili/ dari berbagai sumber
KOMENTAR