Sementara organik berkaitan dengan masalah kelainan atau kerusakan struktur anatomik,seperti gangguan pembuluh darah, sistem saraf, atau kondisi jaringan penis yang tidak normal," kata dr. Em Yunir, Sp.PD, KEMD, Ka. Div. Metabolik Endokrinologi, Dep. Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM, saat seminar media Disfungsi Ereksi di Jakarta, Rabu (22/5).
Selain itu, DE juga bisa karena gangguan hormon laki-laki yang disebut testosteron, penggunaan obat-obatan, atau kerusakan akibat trauma dan operasi di daerah perut dan prostat.
"Hilangnya minat pada aktivitas seksual, ukuran testis yang mengecil, penurunan tanda-tanda seksual sekunder seperti bulu rambut , kekuatan otot, suara menjadi mengecil seperti anak-anak, dan kadar testosteron rendah merupakan ciri khas DE karena masalah hormonal," jelas Yunir.
Pada kelainan tumor kelenjar hipofisis, dapat terjadi peningkatan kadar prolaktin yang tinggi, sehingga akan menekan produksi hormon testosteron. Keadaan ini akan menimbulkan keluhan gangguan fungsi ereksi.
DE dapat juga disebabkan efek samping obat-obatan antihipertensi yang dapat mengganggu sistem saraf pusat.
Selain itu, kelainan metabolik (sindrom metabolik) juga menjadi penyebab timbulnya DE. Sindrom metabolik adalah kombinasi dari kondisi medis yang menempatkan seseorang pada risiko untuk penyakit kardiovaskular dan diabetesmellitus tipe 2.
Penyakit sindrom metabolik dapat menyebabkan terjadinya gangguan produksi testosteron. Pada sindrom metabolik akan dijumpai penurunan kadar testosteron (hipotestosteron) pada sekitar 30-40% penderita.
Keadaan ini akan memengaruhi DE pada banyak pasien. "Orang dengan obesitas, diabetes, dan hipertensi akan berisiko dua kali lebih tinggi memiliki kadar hormon testosteron yang rendah.
Padahal, kadar hormon testosteron yang normal akan mempertahankan tingkat energi, menimbulkan mood serta dorongan seksual yang baik. Di RSCM tercatat sebanyak 40 % pria penyandang diabetes mengalami DE," kata Yunir.
Oleh karena itu, deteksi dini adanya DE pada penyandang diabetes sangat dianjurkan, terutama pada usia produktif. Deteksi dini dilakukan untuk mengetahui permasalahan DE dengan jeli, sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan.
Pria dengan diabetes sangat dianjurkan untuk mengontrol gula darahnya secara teratur, segera mencari pengobatan jika mengalami DE dengan berkonsultasi ke dokter, menghindari pemakaian obat-obatan yang dapat menyebabkan DE, serta menerapkan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok atau minum alkohol.
Hasto
KOMENTAR