Tahukah Anda? Manusia sanggup tidak makan selama empat puluh hari. Tapi, manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa air, meski cuma seminggu. Pasalnya, 60 persen tubuh manusia dewasa terdiri dari air. Air pun bukan cuma pelepas dahaga. Air bisa melembapkan jaringan mulut, mata, hidung, melindungi organ dan jaringan tubuh, atau mencegah sembelit.
"Air bisa melarutkan mineral dan zat gizi lainnya hingga dapat dimanfaatkan tubuh. Bayangkan jika makanan dimakan tanpa air akan sulit dicerna," jelas Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK., dalam seminar yang diadakan Indonesian Hydration Working Group (IHWG) dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Selain itu, air juga bisa mengatur suhu tubuh dan menjadi pelumas sendi. Bayangkan saja, kalau tidak ada air, sendi-sendi di tubuh akan mengeluarkan bunyi. "Tentu saja air bisa meringankan beban ginjal dan hati dengan melarutkan sisa-sia metabolisme dan membawa zat-zat gizi dan oksigen ke sel."
Selain air putih, air bisa diperoleh dari minum dan makan (disadari) dan metabolisme tubuh (tidak disadari). "Namun, air juga bisa hilang dari urin, dan buang air besar (disadari), serta napas dan keringat (tidak disadari)," ujar Luciana.
Sulit Fokus
Sebenarnya, tubuh memiliki sensor sederhana yang bertugas memberitahu ketika kita membutuhkan air. "Jadi, jangan tunggu sampai haus baru minum," kata Luciana. Bila dibiarkan hingga kekurangan air, darah pun mengental dan volume darah menurun.
"Kencing sedikit berwarna pekat, keringat sedikit, mulut kering, tubuh lemas, kulit kehilangan kekenyalan, jantung berdebar-debar, tekanan darah turun, pusing di kepala, dan mengantuk," urai Luciana.
Dehidrasi yang cukup berat pun akan mengakibatkan kesadaran menurun sampai mengalami kerusakan hati, ginjal, dan hati. "Maka, disiplin minum air harus dimulai di rumah dan sekolah. Orangtua pun harus memberikan contoh kepada anak dengan minum teratur."
Sayangnya, sangat sulit membiasakan anak-anak untuk meminum air putih. Padahal, dehidrasi bisa menurunkan nilai belajar anak sekolah. "Ya, dehidrasi dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan suasana hati, kesehatan dan stamina seperti kelelahan" tutur Luciana.
Oleh karena itu, bekali anak ke sekolah dengan minuman yang sudah ditakar dalam jumlah tertentu. Di rumah, berikan jadwal teratur dan dampingi agar mereka mau minum. "Misalnya, setiap kali usai makan harus minum. Intinya, minum air 1,5 - 2,5 liter per hari," tandas Luciana.
Risiko Penyakit Ginjal
Minum air yang cukup akan membantu menyelamatkan ginjal. Oleh karena itu, The European Food Safety Agency (EFSA) pun menganjurkan minum air minimal 2 liter sehari atau delapan gelas sehari. "Air bisa mengurangi konsentrasi garam dan mineral dalam tubuh," jelas Dr. dr. Parlindungan Siregar, SpPD-KGH.
Akan tetapi, orang berusia di bawah 60 tahun membutuhkan air sebanyak 2 - 3 liter per hari. "Tapi, jika fungsi ginjal menurun di atas usia 60 tahun, jangan minum terlalu banyak. Maksimal 1,5 liter per 24 jam karena natrium dalam darah akan menurun sehingga seseorang akan mudah jatuh dan kakinya pun patah."
Selain mengonsumsi air, vitalitas ginjal juga bisa dijaga dengan beraktivitas, menjaga kestabilan kadar gula darah dan tekanan darah, mengonsumsi makanan sehat, dan menjaga berat badan. "Selain itu, tidak merokok, tidak mengonsumsi obat sembarangan, dan memeriksa fungsi ginjal apabila terdapat salah satu faktor risiko," papar dr. Dharmeizar, SpPD-KGH., dalam seminar "Hari Ginjal Sedunia".
Jika kita lalai, Penyakit Ginjal Kronik (PGK) bisa menghinggapi. Penyakit ini pun terjadi perlahan-lahan, tanpa gejala, tapi tidak pernah bisa kembali normal. "Di stadium tahap akhir, penderita memerlukan terapi pengganti ginjal seperti cuci darah atau hemodialisis, cuci darah dari perut, dan transplantasi ginjal," kata Dharmeizar. Biayanya, tentu saja mahal. "Jika dilakukan hemodialisis 2 kali seminggu, 5 jam per sesi, biayanya mencapai Rp 50 juta sampai Rp 80 juta. Begitu juga biaya cuci darah dari perut per tahun Rp 50 juta sampai Rp 75 juta. Sementara transplantasi ginjal mencapai Rp 250 juta sampai Rp 350 juta."
Noverita K. Waldan
KOMENTAR